Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Datuk Tunggang Parangan, Ulama yang Mengislamkan Raja Kutai

Setelah Raja Kutai memeluk Islam, agama Islam perlahan diterima secara luas di Kalimantan Timur.

Berikut ini biografi singkat Datuk Tunggang Parangan, penyebar Islam pertama di Kalimantan Timur.

Siapa itu Datuk Tunggang Parangan?

Datuk Tunggang Parangan diperkirakan lahir di Pulau Sumatera pada abad ke-16.

Tidak banyak diketahui mengenai asal-usul ataupun kehidupan awal Datuk Tunggang Parangan.

Satu yang pasti, ia merupakan rekan dari Datuk ri Bandang, yang juga berasal dari Minangkabau.

Bersama Datuk ri Bandang, Datuk Tunggang Parangan menyebarkan agama Islam di kerajaan-kerajaan yang ada di timur Nusantara.

Daerah penyebaran Tuan Tunggang Parangan adalah di Sulawesi, seperti di Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, kemudian di tanah Kutai.

Datuk ri Bandang dan Datuk Tunggang Parangan adalah ulama yang pertama kali datang di tanah Kutai.

Setibanya di Kutai, mereka menghadap Raja Mahkota Mulia Alam, raja Kutai Kartanegara periode 1525-1589, dan menyampaikan niatannya untuk berdakwah Islam.

Raja Mahkota tidak mengetahui tentang Islam dan menyatakan bahwa rakyatnya tidak ada yang memeluk Islam.

Datuk Tunggang Parangan dan Datuk ri Bandang kemudian memperkenalkan ajaran Islam kepada raja.

Raja Makota, para menteri, serta seluruh petinggi kerajaan yang hadir dalam pertemuan pun takjub mendengarkan uraian dari Tuan Tunggang Parangan.

Bahkan permintaan Datuk Tunggang Parangan untuk dibuatkan langgar (masjid kecil) dikabulkan oleh raja.

Ketika Datuk ri Bandang kembali ke Gowa, Datuk Tunggang Parangan memilih bertahan di Kutai.

Datuk Tunggang Parangan akhirnya berhasil mengajak Raja Mahkota beserta seluruh petinggi kerajaan masuk Islam.

Raja Mahkota menjadi raja Kutai Kartanegara pertama yang memeluk Islam pada 1575.

Keputusan raja untuk masuk Islam diikuti oleh rakyatnya, sehingga agama Islam perlahan berkembang di tanah Kutai.

Setiap hari, Datuk Tunggang Parangan memberikan pengajaran agama Islam kepada Raja Mahkota, termasuk cara mendirikan salat.

Setelah menyiarkan Islam kepada raja dan para bangsawan, Datuk Tunggang Parangan memberikan pelajaran Islam kepada para penduduk.

Tidak hanya penduduk di sekitar istana, tetapi juga di Jaitan Layar, Hulu Dusun, Sembaran, Binalu, Penyawangan Sambuyutan, Sang Sangan, Pandan Sari, Kembang, Senawan, dan Dundang.

Pada perkembangannya, semua negeri di bawah taklukan Kutai Kartanegara berhasil diislamkan.

Dalam versi sejarah yang lain, sebelum kedatangan Datuk Tunggang Parangan, ada saudagar Arab dan ulama Minangkabau yang berniat menyebarkan Islam di tanah Kutai.

Namun, upaya mereka belum berhasil mengajak Raja Mahkota untuk memeluk agama Islam.

Apa peninggalan Datuk Tunggang Parangan?

Datuk Tunggang Parangan menyebarkan Islam di tanah Kutai hingga akhir hayatnya.

Setelah meninggal, ia dimakamkan di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Hingga kini, Kompleks Makam Habib Hasim bin Musaiyah atau Datuk Tunggang Parangan masih ramai dikunjungi para peziarah.

Referensi:

  • Adham, D. (1981). Salasilah Kutai. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/27/180000479/datuk-tunggang-parangan-ulama-yang-mengislamkan-raja-kutai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke