Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Peradaban Mesir Kuno Bergantung pada Sungai Nil?

Sungai yang dimaksudkan adalah Sungai Nil yang airnya sangat penting bagi salah satu peradaban besar terawal di dunia.

Air yang sangat penting ini memungkinkan kota-kota tumbuh di tengah gurun.

Sungai Nil mengalir ke utara sejauh 4.160 mil dari timur-tengah Afrika ke Laut Tengah yang memberikan Mesir Kuno tanah subur dan air untuk irigasi.

Selain itu, Sungai Nil dapat dimanfaatkan untuk mengangkut material proyek-proyek konstruksi.

Untuk mendapatkan manfaat dari Sungai Nil, orang yang tinggal di tepi sungainya harus mencari cara mengatasi banjir tahunan sungai ini.

Mereka juga mengembangkan keterampilan dan teknologi baru dari pertanian hingga pembuatan perahu dan kapal.

Sungai Nil bahkan memainkan peran dalam pembangunan piramida.

Apa saja manfaat Sungai Nil terhadap kemajuan peradaban Mesir kuno?

Sungai Nil adalah sumber tanah subur yang kaya 

Penyebutan Sungai Nil berasal dari bahasa Yunani, yaitu Nelios yang artinya lembah sungai.

Namun, orang Mesir kuno menyebutnya sebagai Ar atau Aur yang berarti hitam dan merujuk pada sedimen gelap yang dibawa air Sungai Nil dari Tanduk Afrika ke utara serta dideposisikan di Mesir saat sungai ini meluap setiap tahun pada akhir musim panas.

Lonjakan air dan nutrisi itu mengubah Lembah Nil menjadi tanah pertanian yang produktif dan memungkinkan peradaban Mesir berkembang di tengah gurun.

Sangking pentingnya Sungai Nil bagi peradaban ini, orang Mesir Kuno bahkan memulai kalender mereka dengan bulan pertama banjir dari Sungai Nil.

Dalam bidang agama, mereka juga memuja dewa banjir dan kesuburan yang digambarkan sebagai pria gemuk dengan kulit biru atau hijau.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, petani Mesir Kuno adalah salah satu kelompok pertama yang melakukan pertanian dalam skala besar, menanam tanaman makanan seperti gandum dan barley, serta tanaman industri seperti rami untuk membuat pakaian.

Untuk memaksimalkan pemanfaatan air Sungai Nil, petani Mesir Kuno mengembangkan sistem irigasi cekungan.

Mereka membangun jaringan tanggul berbahan tanah untuk membentuk cekungan.

Kemudian, mereka menggali saluran untuk mengarahkan air banjir ke dalam cekungan, di mana air akan menggenang selama sebulan hingga tanah jenuh dan siap untuk ditanami.

Untuk memprediksi apakah mereka akan menghadapi banjir berbahaya atau air rendah yang bisa mengakibatkan panen buruk, orang Mesir Kuno membangun nilometer atau  pilar batu dengan tanda menunjukkan tingkat air.

Sungai Nil sebagai rute transportasi vital

Sungai Nil adalah rute transportasi penting karena memainkan peran sentral dalam peradaban Mesir kuno.

Orang Mesir menjadi ahli dalam membangun perahu dan kapal untuk mengangkut berbagai barang, termasuk ternak, sayuran, ikan, roti, dan kayu.

Pentingnya sungai ini begitu besar sehingga mereka bahkan menguburkan raja dan orang-orang penting bersama perahu dalam makam mereka.

Dengan demikian, Sungai Nil berperan penting dalam transportasi, perdagangan, dan pembangunan di Mesir kuno.

Lembah Nil sebagai identitas

Lembah Nil memiliki makna yang dalam dalam identitas orang Mesir kuno.

Mereka membagi wilayah tempat tinggal menjadi dua bagian, yaitu Kemet dan Deshret.

Kemet berarti tanah hitam serta mengacu pada Lembah Nil yang subur dengan cukup air dan makanan untuk mendukung kota-kota.

Sementara itu, Deshret berarti tanah merah dan merujuk kepada daerah gurun yang panas dan kering.

Orang Mesir mengaitkan Lembah Nil dan oasis di daerah gurun dengan kehidupan, kelimpahan, dan kesuburan. Adapun daerah gurun dianggap sebagai tempat kematian dan kekacauan.

Selain itu, Lembah Nil juga memiliki peran penting dalam pembuatan makam-makam monumental seperti Piramida Agung Giza.

Sebuah catatan harian kuno yang menceritakan pembangunan piramida ini mencatat bagaimana para pekerja menggunakan perahu kayu untuk mengangkut blok-blok batu kapur raksasa melalui Sungai Nil dan sistem kanal menuju lokasi pembangunan.

Dengan demikian, Sungai Nil bukan hanya sumber kehidupan dan kemakmuran, melainkan juga memengaruhi cara orang Mesir memandang diri mereka sendiri, keyakinan agama, dan budaya.

Referensi:

  • Swain, A. (1997). Ethiopia, the Sudan, and Egypt: the Nile river dispute. The Journal of Modern African Studies, 35(4), 675-694.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/29/100000379/mengapa-peradaban-mesir-kuno-bergantung-pada-sungai-nil-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke