Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sultan Said Barakati, Sultan Ternate yang Ditawan Spanyol di Filipina

Ia merupakan putra sekaligus penerus Sultan Baabullah (1570-1583).

Pada masa kekuasaan Sultan Said Barakati, Portugis telah diusir dari Ternate.

Di sisi lain, masa pemerintahannya menandai kedatangan bangsa Belanda ke Kepulauan Maluku dan diwarnai serangan-serangan Spanyol yang ingin menaklukkan Ternate.

Sultan Said berakhir menjadi tawanan bangsa Spanyol di Filipina, buntut kekalahannya pada 1606.

Menggagalkan pendudukan Spanyol

Sultan Said Barakati adalah putra Sultan Baabullah dan cucu dari Sultan Khairun (1535-1570).

Pada saat Sultan Baabulllah berkuasa, Portugis berhasil diusir dari Ternate.

Kesultanan Ternate pun berkembang pesat dengan kekuasaan meliputi sebagian besar Kepulauan Maluku, sebagian Sulawesi, dan beberapa wilayah terpencil di Indonesia timur.

Pada 1583, Sultan Said Barakati naik takhta setelah sang ayah wafat.

Tidak lama kemudian, Gubernur Spanyol Santiago de Vera yang berkedudukan di Filipina, mengirimkan armada ke Pulau Moti di Kepulauan Maluku.

Khawatir Inggris akan mendirikan pos di Maluku, bangsa Spanyol membujuk Sultan Said untuk menyerahkan benteng Portugis di Ternate kepada mereka, tetapi ditolak.

Pada 1593, ekspedisi bangsa Spanyol yang membawa 2.000 tentara dari Filipina kembali dikirimkan ke Maluku.

Sultan Said kemudian mengirim armada kora-kora untuk melawan bangsa Spanyol dan mengusir mereka pada 1596.

Menyambut baik bangsa Belanda

Bangsa Belanda pertama kali tiba di Indonesia, tepatnya di Jawa, pada 1596.

Pada 1599, bangsa Belanda mengirim dua kapal di bawah pimpinan Kapten Wijbrand van Warwijk ke Ternate.

Sultan Said Barakati menerima kedatangan bangsa Belanda, karena menganggap mereka dapat diajak bekerja sama untuk melawan bangsa Spanyol dan Portugis, maupun penguasa setempat yang menjadi musuhnya.

Dalam catatan bangsa Belanda, Sultan Said digambarkan sebagai sosok yang humoris dan pejuang Muslim yang taat.

Pada 1601, rombongan Belanda yang kedua datang di bawah pimpinan Jacob van Neck.

Bangsa Spanyol dan Portugis tidak senang dengan kehadiran Belanda di Kepulauan Maluku, terlebih negeri induk mereka di Eropa juga tengah berperang.

Karena itu, pasukan Spanyol dan Portugis kembali mencoba menaklukkan Ternate pada 1603, tetapi gagal untuk kesekian kalinya.

Serbuan itu memicu Belanda untuk melontarkan serangan balik pada 1605 di bawah pimpinan Cornelis Sebastiaansz.

Selepas Belanda berhasil merebut benteng Spanyol di Tidore, Sultan Said mengizinkan pasukan mereka ditempatkan di Ternate.

Dalam perebutan pengaruh di Kepulauan Maluku, Spanyol-Portugis kalah telak dari Belanda.

Kendati demikian, bangsa Spanyol belum menyerah. Pada Januari 1606, mereka mengirim 3.000 tentara dari Filipina.

Serangan besar-besaran yang dilancarkan Spanyol ke Ternate pada bulan April sukses membuat Sultan Said kelabakan.

Sultan Said terpaksa meninggalkan ibu kota dan menyelamatkan diri bersama pengikutnya ke Pulau Halmahera.

Diasingkan ke Filipina

Kepergian Sultan Said Barakati dan jatuhnya Ternate ke tangan Spanyol membuat rakyat kecewa.

Bangsa Spanyol mau berdamai dengan syarat Sultan Said mau menyerahkan diri.

Sultan Said akhirnya menyerahkan diri, tetapi langkah yang ia ambil gagal menyelamatkan posisinya.

Sultan Said beserta keluarganya diasingkan ke Filipina, dan sebagian besar wilayah Maluku kembali berada di bawah kekuasaan Spanyol.

Spanyol juga membuat perjanjian dengan pejabat Kerajaan Ternate, yang isinya melarang kerajaan melakukan kontak dengan Inggris atau Belanda.

Setelah itu, para bangsawan mengangkat putra Sultan Said yang bernama Mudafar Syah I sebagai sultan Ternate yang baru.

Menjadi tawanan hingga meninggal di Filipina

Tidak lama setelah pengangkatan Sultan Mudafar Syah I, Belanda kembali ke Ternate dan bersekutu dengan sultan.

Bangsa Spanyol berusaha memperbaiki keadaan dengan memanfaatkan Sultan Said Barakati yang menjadi tawanan mereka.

Pada 1611, Sultan Said dibawa oleh Gubernur Juan de Silva ke Ternate untuk membuat kesepakatan, tetapi gagal.

Pada 1623, utusan Spanyol datang ke Ternate membawa surat dari Sultan Said yang menyatakan bahwa ia diperlakukan dengan baik di Filipina.

Dalam kesempatan itu, pihak Spanyol dan Ternate sepakat untuk berdamai, dengan syarat Sultan Said harus dipulangkan.

Sayangnya, Sultan Said tidak pernah dikembalikan ke kampung halamannya hingga akhir hayatnya pada 1628.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/09/170000879/sultan-said-barakati-sultan-ternate-yang-ditawan-spanyol-di-filipina

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke