Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gereja Unifikasi, Sekte yang Dekat dengan Para Pemimpin Dunia

Anggotanya tidak hanya berasal dari Korea Selatan, tetapi tersebar di Jepang, Amerika, dan Eropa.

Bahkan sejumlah pejabat dan petinggi negara di dunia diduga berkaitan dengan Gereja Unifikasi, salah satunya mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, yang terbunuh pada 2022 lalu.

Kendati demikian, Gereja Unifikasi telah dikategorikan sebagai sekte sesat lantaran banyak ajarannya yang menyimpang dari ajaran Kristen dan pernah dituding melakukan praktik cuci otak serta pemerasan terhadap anggotanya.

Berikut sejarah Gereja Unifikasi di Korea Selatan.

Dibentuk pada 1954

Gereja Unifikasi didirikan di Korea Selatan oleh Moon Sun Myung pada 1 Mei 1954. Pengikutnya kerap disebut sebagai Moonies.

Moon Sun Myung mengaku sebagai messiah atau wakil Tuhan, yang akan menyelesaikan tugas Yesus dan menanamkan cinta Tuhan pada pengikutnya.

Di tahun pertamanya, Gereja Unifikasi telah mendapatkan banyak pengikut dan memiliki beberapa cabang yang tersebar di Korea Selatan.

Dalam waktu satu dekade, Gereja Unifikasi berhasil melebarkan sayap hingga ke luar negeri dengan anggota tersebar di Jepang, Filipina, dan beberapa negara Asia Timur.

Pada 1970-an, Gereja Unifikasi mulai mengirimkan misionaris (penyebar agama) ke Amerika dan Eropa.

Bahkan Moon Sun Myung pindah ke Amerika Serikat dan mulai menyebarkan ajarannya. Sejak itu, Gereja Unifikasi terus menyebar ke berbagai negara di dunia.

Dekat dengan para pemimpin dunia

Gereja Unifikasi menjadi salah satu gerakan keagamaan tertua dan terbesar di Korea Selatan, yang kini diperkirakan memiliki sekitar tiga juta anggota dari seluruh dunia.

Anggotanya datang dari berbagai kalangan, bahkan tidak sedikit yang memiliki posisi penting di dunia bisnis, pendidikan, dan politik.

Sejak awal, Moon Sun Myung telah memiliki target untuk menjalin hubungan dengan para pemimpin dunia.

Hal ini menjadi salah satu strateginya melindungi diri dan memperluas lingkup pengaruh Gereja Unifikasi.

Melansir The Diplomat, selama lebih dari setengah abad, Gereja Unifikasi kerap mendekati para pemimpin yang berpengaruh untuk naik ke tampuk kekuasaan.

Gereja Unifikasi kemudian secara aktif memberikan sumbangan dan mendukung kampanye pemilihan mereka.

Biaya yang digelontorkan Gereja Unifikasi untuk membiayai konferensi, kampanye, atau kegiatan lobi guna membangun aliansi bisa mencapai jutaan dollar setahun.

Setelah Moon Sun Myung meninggal pada 2012, posisinya digantikan oleh sang istri yang bernama Han Hak Ja.

Disebut sebagai sekte sesat

Meski perkembangannya sangat pesat, Gereja Unifikasi juga menjadi target gerakan anti-kultus sejak 1970-an.

Gereja Unifikasi dikategorikan sebagai sekte sesat karena ajarannya menyimpang dari ajaran Kristen.

Melansir Britannica, Moon Sun Myung mengaku sebagai messiah atau wakil Tuhan, yang akan menyelesaikan tugas Yesus dan menanamkan cinta Tuhan pada pengikutnya.

Hal itu cukup membuat umat Kristen Protestan dan Katolik menganggap Gereja Unifikasi sebagai sekte aliran sesat.

Pada 1977, Komisi Iman dan Tata Tertib Dewan Nasional Gereja-Gereja Kristus di Amerika Serikat bahkan telah mendeklarasikan Gereja Unifikasi sebagai bukan gereja Kristen.

Komisi tersebut menilai banyak ajaran Gereja Unifikasi kontra dengan ajaran Kristen.

Salah satu contohnya, Gereja Unifikasi menilai Yesus gagal menyelesaikan misinya di Bumi karena mati disalib.

Oleh karena itu, misi Yesus harus diselesaikan oleh messiah kedua yang dipercaya lahir di Korea.

Kontroversi Gereja Unifikasi

Selain dicap sebagai sekte aliran sesat, Gereja Unifikasi pernah dituding melakukan praktik cuci otak, pemerasan, dan kerap terlibat hal-hal lain yang memicu kontroversi.

Salah satu kegiatan Gereja Unifikasi yang terkenal adalah pernikahan massal.

Gereja Unifikasi akan menjodohkan para pengikutnya dalam pertemuan pertama dan menikahkan mereka secara massal.

Hal ini diyakini sebagai salah satu cara untuk memenuhi tujuan penciptaan dan jalan untuk membangun Kerajaan Allah di Bumi.

Dalam satu acara nikah massal, Gereja Unifikasi bisa menikahkan hingga 6.000 pasangan dari berbagai negara.

Acara ini tidak hanya digelar di Korea Selatan, tetapi pernah diselenggarakan di beberapa negara.

Sejumlah pihak menganggap program Gereja Unifikasi tersebut menyimpang dan banyak pasangan yang dinikahkan telah dicuci otak.

Kemudian, untuk membiayai program-programnya, yang disebut bisa mencapai jutaan dollar setahun, Gereja Unifikasi tentu membutuhkan dana yang sangat besar.

Sejumlah mantan anggotanya pernah memberikan kesaksian bahwa mereka merasa dicuci otak dan diberi target untuk mempromosikan komunitas sekaligus mencari donasi.

Bahkan apabila donasi belum terkumpul sesuai target, mereka tidak diizinkan tidur.

Mereka didoktrin semua yang dilakukan demi membuat dunia menjadi lebih baik.

Masalah donasi atau penggalangan dana Gereja Unifikasi bahkan membuat mantan PM Jepang Shinzo Abe terbunuh pada 2022.

Pelaku penembak Abe, Yamagami, mengaku memiliki dendam dengan Gereja Unifikasi.

Ibu Yamagami disebut sebagai anggota Gereja Unifikasi yang telah memberikan hartanya dalam jumlah besar untuk kepentingan gereja.

Yamagami menyatakan bahwa para anggota seperti ibunya harus membuat donasi rutin untuk pemasukan gereja.

Hal itu telah membuat keluarga Yamagami kesulitan, hingga timbul dendam untuk menghabisi nyawa petinggi Gereja Unifikasi.

Namun, karena target yang ia inginkan dirasa sulit, Yamagami akhirnya menyasar Abe, yang dipercaya terlibat dengan Gereja Unifikasi.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/18/120000479/gereja-unifikasi-sekte-yang-dekat-dengan-para-pemimpin-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke