Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Mohammad Hatta Dibuang ke Boven Digoel?

Salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang dibuang ke Boven Digoel adalah Mohammad Hatta pada 1935.

Boven Digoel terletak di tepi Sungai Digul Hilir, Papua bagian Selatan yang dibangun pada bulan November 1926 oleh Kapten L. Th. Becking.

Sejak awal didirikan, Boven Digoel tidak dirancang sebagai kamp konsentrasi karena tidak terjadi penyiksaan atau pembunuhan terhadap para tawanan yang ada di tempat itu.

Lantas, mengapa Mohammad Hatta dibuang ke Boven Digoel?

Dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda

Alasan Mohammad Hatta dibuang ke Boven Digoel karena pemerintah kolonial menganggap gaya perjuangan yang dilakukan Mohammad Hatta terlalu berbahaya.

Sejak muda, Mohammad Hatta memang sudah terlibat aktif dalam berbagai organisasi yang mengusung kekuatan nasionalisme. Salah satunya adalah dengan bergabung ke dalam Perhimpunan Indonesia (PI) pada 1922.

Perhimpunan Indonesia adalah organisasi pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah “Indonesia,” yang didirikan pada 25 Oktober 1908.

Awalnya, Perhimpunan Indonesia yang dulunya bernama Indische Vereeniging didirikan dengan tujuan sebagai tempat pertemuan para pelajar asal Indonesia di Belanda.

Namun, seiring berjalannya waktu, rasa nasionalisme dalam diri para mahasiswa asal Indonesia mulai bergejolak, sehingga organisasi ini pun berubah menjadi sebuah gerakan politik.

Lebih lanjut, pada 1927, Mohammad Hatta turut bergabung ke dalam sebuah organisasi internasional penentang penjajah bernama Liga Menentang Kolonialisme di Belanda.

Di organisasi itu, Mohammad Hatta bertemu dengan seorang nasionalis asal India, yaitu Jawaharlal Nehru.

Mohammad Hatta pun kerap bertukar ide dan gagasan dengan Nehru dan salah seorang nasionalis lain asal Mesir bernama Hafiz Ramadan Bey.

Masih di tahun 1927, Mohammad Hatta yang sudah menjabat sebagai ketua Perhimpunan Indonesia memimpin rapat internasional presidium tentang imperialisme dan kolonialisme di Brussel, Belgia.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Mohammad Hatta pun semakin hari semakin meresahkan sehingga membuat Belanda khawatir.

Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda memutuskan untuk menangkap Mohammad Hatta dan memenjarakannya di Den Haag, Belanda pada 23 September 1927. Ia baru dibebaskan pada 22 Maret 1928.

Sekembalinya ke Indonesia pada 1932, Mohammad Hatta bergabung dengan organisasi bernama Club Pendidikan Nasional Indonesia.

Tujuan organisasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui berbagai pelatihan.

Lebih lanjut, Mohammad Hatta juga masih terus menulis kritik-kritiknya terhadap pemerintah kolonial Belanda pada 1933.

Tindakan yang dilakukan Mohammad Hatta pun membuat dirinya kembali ditangkap karena aktivitasnya dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap pemerintah Belanda.

Mohammad Hatta ditangkap bersama Sutan Sjahrir pada Februari 1934.

Seorang tokoh nasionalis, yaitu H. Agus Salim sempat menulis artikel yang berisi permohonan agar Mohammad Hatta tidak mengalami nasib pembuangan.

Adapun isi artikel yang ia tulis berbunyi, “Boleh djadikah Drs. Mohammad Hatta akan dibuang?”

Namun sayangnya, pemerintah kolonial Belanda sudah tidak lagi peduli.

Malah, pada 16 November 1934, pemerintah kolonial mengeluarkan sebuah keputusan untuk mengasingkan sebagian tokoh nasionalis lain ke Boven Digoel.

Pada akhirnya, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir dibuang ke Boven Digoel, Irian Barat tanggal 28 Januari 1935.

Setelah itu, keduanya dipindahkan ke Banda Neira, Maluku dan ditahan di sana selama enam tahun.

Referensi:

  • Alam, Wawan Tunggul. (2003). Demi Bangsaku, Pertentangan Bung Karno vs Bung Hatta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Budi, Langgeng Sulistyo. (2004). Pendidikan Bagi Dawanan di Boven Digoel. Jurnal Sejarah. Volume 6, Nomor 1, tahun 2004.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/04/070000579/mengapa-mohammad-hatta-dibuang-ke-boven-digoel-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke