Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alexander Hare, Pedagang Budak di Banjarmasin

Hare merupakan salah satu teman akrab Letnan Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles (1811-1816).

Hare pertama kali bertemu dengan Raffles tahun 1807, saat ia sedang memulai berdagang di Malaka.

Di samping senang berdagang, ternyata Hare juga disebut-sebut suka mengumpulkan budak-budak perempuan yang kemudian ia jadikan selir, terutama setelah ia menjadi raja.

Riwayat hidup

Alexander Hare lahir tahun 1775, di London, Inggris. Ia adalah anak dari seorang pembuat jam tangan.

Pada 1800, di usia sekitar 25 tahun, Hare bekerja sebagai juru tulis perusahaan dagang (EIC) di perusahaan perdagangan di Portugial dan pindah ke Kalkuta, India.

Setelah itu, tahun 1807, Hare pindah ke Malaka dan memulai bisnis perdagangannya di sana menjadi saudagar.

Di Malaka Hare juga pertama kali berkenalan dengan seorang pria Inggris bernama Thomas Stamford Raffles dari British East India Company (EIC) atau Kongsi Dagang Inggris.

Setelah Raffles naik takhta menjadi Letnan Gubernur Hindia Belanda periode 1811-1816, Hare pun diangkat oleh Raffles sebagai Resident Commissioner Inggris sejak 1812-1816, di daerah Kalimantan Selatan dan Komisaris Kepulauan Kalimantan.

Atas nama EIC, Hare tiba di Banjarmasin pada 1812, dan langsung merundingkan sebuah perjanjian bersama Sultan Banjar.

Ketika proses negosiasi berlangsung, Sultan Banjar memberi Hare hadiah sebuah tanah seluas 1.400 mil persegi.

Padahal, disebut-sebut bahwa seorang penduduk tidak seharusnya menerima hadiah apapun dari seorang raja.

Namun, Hare tetap menerima hadiah tanah tersebut bukan sebagai pintu masuk ke wilayah Inggris, melainkan sebagai wilayah kekuasaan pribadi atas namanya sendiri.

Hare kemudian mendirikan sebuah kerajaan kecil di atas tanah itu yang ia namakan Maluka.

Melakukan perbudakan

Maluka adalah sebuah negara kecil yang masih berada di wilayah kesultanan di Banjarmasin.

Menurut riwayat, Raffles mengirim sebanyak 4.000 orang dari tahanan yang dipekerjakan sebagai petani kopi, petani lada, dan petani sayur-mayur untuk Hare.

Selain itu, Sultan Banjar juga memberi Hare 200 budak untuk menjadi tenaga kerjanya, baik budak laki-laki maupun peremuan.

Dari 200 budak ini, fokus utama Hare tertuju pada budak perempuan yang berasal dari berbagai etnis di Nusantara.

Perempuan-perempuan itu dijadikannya sebagai selir atau istri piaraan, yang menjadi cikal bakal terbentuknya harem (laki-laki yang dikelilingi wanita).

Sejak saat itu, Alexander Hare disebut sebagai “laki-laki yang mengumpulkan perempuan.”

Masih belum berhenti di situ, Hare juga meminta Raffles mengirimkan budak-budak sebagai tenaga kerja di Kerajaan Maluka.

Padahal, pada waktu itu, Raffles mencanangkan antiperbudakan.

Raffles sendiri yang sudah memiliki hubungan dekat dengan Hare merasa enggan jika tidak membantu sehingga ia mengabulkan permintaan teman dekatnya tersebut.

Awal tahun 1813, Raffles diketahui menandatangani sebuah kesepakatan di mana semua narapidana yang dijatuhi hukuman di Jawa harus dikirim ke Banjarmasin untuk menuruti semua perintah Alexander Hare, termasuk menjadi budak.

Nahasnya, Hare tidak membayar satu sen pun kepada para pekerjanya.

Wafat

Pasca-penandatanganan perjanjian Inggris-Belanda tahun 1814, impian Hare untuk memiliki negara yang merdeka harus pupus.

Awalnya, Hare masih diizinkan untuk mempertahankan Kerajaan Maluka di Banjarmasin, tetapi muncul isu yang menyebutkan bahwa Hare memusuhi Belanda dan hendak memperluas kekuasaan Inggris di Maluku.

Pada akhirnya, pemerintah Belanda menyatakan bahwa Hare tidak lagi memiliki hak hukum di Kalimantan dan gelarnya sebagai raja dicabut.

Setelah Hare akhirnya diusir oleh Belanda dari Banjarmasin, diketahui bahwa ternyata Hare sudah mempekerjakan lebih dari 1000 budak yang terdiri dari 907 pria, 462 wanita, dan 123 anak-anak.

Sekitar tahun 1817-1818, Hare mencoba untuk kembali berdagang di Malaka, tetapi dilarang oleh Belanda.

Hare memutuskan untuk berkeliling sebelum akhirnya sadar ia sudah berada di Cape Town, Afrika Selatan.

Selama di Cape Town, Hare tinggal di sebuah peternakan.

Setelah itu, Hare melanjutkan perjalanannya Kepulauan Cocos yang tidak berpenghuni pada 1826.

Di sana Hare mulai membangun pemukiman sendiri.

Setelah lima tahun tinggal di Kepulauan Cocos, Hare kembali berlayar menuju Bengkulu, tempat di mana Alexander Hare meninggal dunia pada 1835.

Referensi:

  • Anwar, Rosihan. (2004). Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
  • Gibson-Hill, Carl. (1952). Documents relating to John Clunies Ross, Alexander Hare and the establishment of the colony on the Cocos-Keeling Island". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/14/120000279/alexander-hare-pedagang-budak-di-banjarmasin-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke