Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukti Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim di Nusantara

KOMPAS.com - Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di Nusantara.

Kerajaan Sriwijaya dibangun Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7 di tepian Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim dengan wilayah kekuasaan sangat luas serta mampu mengontrol perdagangan internasional di Selat Malaka.

Berikut ini beberapa bukti Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar di Nusantara:

  • Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit menjadi bukti Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang maju.

Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Palembang, pada 29 November 1920.

Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 683 Masehi dan ditulis dengan akasara Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya dan raja pertamanya yang bernama Sri Jayanegara atau Dapunta Hyang, melakukan perjalanan suci menggunakan perahu bersama 20.000 tentara.

Oleh karena itu, Prasasti Kedukan Bukit menjadi bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya telah maju dalam pelayaran pada masa itu.

  • Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur menjadi bukti pelayaran Kerajaan Sriwijaya telah berkembang dan wilayahnya taklukannya mencapai Pulau Bangka.

Prasasti ini ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat oleh J.K. Van der Muelen pada 1892 dan menjadi petunjuk awal tentang keberadaan Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan maritim.

Isi Prasasti Kota Kapur menceritakan kutukan bagi orang yang berani melanggar titah Raja Sriwijaya.

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Pulau Bangka saat itu telah ditaklukkan oleh Sriwijaya.

  • Prasasti Ligor

Prasasti Ligor menjadi bukti bahwa pelayaran Kerajaan Sriwijaya telah mencapai negara lain, yakni Thailand.

Prasasti ini ditemukan di Thailand bagian selatan oleh Nakhon Si Thammarat dan diprediksi dibuat pada abad ke-8 Masehi.

Prasasti Ligor ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isinya menceritakan Raja Sriwijaya yang merupakan raja dari semua raja di dunia dan mendirikan Trisamaya Caitya untuk Karaja.

  • Prasasti Nalanda

Prasasti Nalanda menjadi bukti lain tentang Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang besar dan berjaya di Nusantara, bahkan Asia Tenggara.

Prasasti ini ditemukan di Negara Bagian Bihar, India Timur, pada 1921.

Prasasti Nalanda berasal dari abad ke-9 Masehi, ditulis dengan huruf Dewanagari dan bahasa Sanskerta.

Prasasti ini menceritakan tentang Raja Devapaladeva dari Kerajaan Palla di India yang mengabulkan permintaan Sri Maharaja dari Swarnadvipa atau Sriwijaya untuk membangun sebuah biara Buddha di Nalanda.

Selain itu, Prasasti Nalanda juga menyebut bahwa lima desa di Calcutta (sekarang Kolkata) di India, dibebaskan dari pajak untuk keperluan misi agama Buddha Kerajaan Sriwijaya.

Oleh karena itu, Prasasti Nalanda menjadi bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya telah berlayar menyeberangi samudera dan menjalin hubungan internasional dengan India.

  • Prasasti Leiden

Prasasti yang disimpan di museum di Kota Leiden, Belanda, ini ditulis pada lempengan tembaga dan berbahasa Sanskerta serta Tamil.

Prasasti Leiden menjelaskan tentang hubungan baik Dinasti Chola dari India dengan Dinasti Syailendra dari Sriwijaya.

Dengan demikian, prasasti ini menjadi bukti tentang keberadaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim dan telah menjalin hubungan internasional dengan kerajaan lain.

  • Peninggalan arkeologi di DAS Musi

Bukti lain yang menunjukkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan maritim adalah temuan peninggalan arkeologi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi.

Terdapat sebaran situs-situs arkeologi di DAS Sungai Musi yang menunjukkan eksistensi Sriwijaya sebagai kerajaan maritim.

Hal itu diketahui lewat penemuan benda-benda peninggalan, seperti artefak serta fitur dan vegetasi lama yang menjadi komoditi dagang pada masa Sriwijaya.

Peninggalan arkeologi yang ditemukan di DAS Musi antara lain adalah tembikar dan manik-manik Arikamedu, manik-manik kaca Indo Pacifik, manik kaca emas dan kornelian yang diduga berasa dari Mesir atau Asia Barat pada abad ke-4 hingga ke-11 Masehi.

Selain itu, ada juga temuan perhiasan anting emas, cincin emas, liontin perunggu, gelang kaca, serta keramik yang berasal dari Dinasti Sui, China, pada abad ke-6 hingga ke-7 Masehi.

Di tepi Sungai Musi juga ditemukan sisa-sisa permukiman dan jejak kota dagang pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Temuan peninggalan arkeologi di DAS Musi dan tepi Sungai Musi membuktikan bahwa aktivitas perdagangan internasional telah terjadi di Sriwijaya sebagai kerajaan maritim kala itu.

  • Catatan sejarah bangsa lain

Keberadaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang kuat juga dikisahkan dalam catatan sejarah China, Hsing-tang-shu atau Sejarah Dinasti Sung.

Dalam catatan itu, Sriwijaya disebut sudah memiliki 14 kota dagang atau pelabuhan.

Adapun Palembang disebut sebagai pelabuhan utama di pusat Kerajaan Sriwijaya serta menjadi pelabuhan paling sibuk dan ramai.

Selain itu, ada juga catatan perjalanan pedagang Arab bernama Ibnu Faqih pada 902.

Ibnu Faqih menceritakan tentang Sriwijaya yang disebutnya dengan nama Kota Sribuza, dan telah dikunjungi oleh berbagai bangsa.

Ia juga menjelaskan bahwa di kota dagang Sriwijaya kala itu, terdapat banyak orang yang berkomunikasi dengan berbagai bahasa, seperti Arab, Persia, China, India, dan Yunani.

Catatan-catatan sejarah dari bangsa lain itu pun menjadi bukti bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang maju dan besar di Asia Tenggara.

Referensi:

  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/damar-dalam-jaringan-perdagangan-masa-kerajaan-sriwijaya/, diakses pada 27 Juli 2022 pukul 11.00 WIB.
  • http://repositori.kemdikbud.go.id/11873/1/RP_SRIWIJAYA.pdf, diakses pada 27 Juli pukul 11.00 WIB.
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/jejak-jejak-perdagangan-di-das-musi-pada-masa-sriwijaya/, diakses pada 27 Juli pukul 11.00 WIB.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/150000479/bukti-sriwijaya-adalah-kerajaan-maritim-di-nusantara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke