Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akulturasi Islam dan Hindu di Indonesia

Hal itu dibuktikan dengan ada beberapa kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kutai dan Tarumanegara di Jawa Barat.

Setelah mendapat pengaruh Hindu selama berabad-abad, Indonesia kemudian memasuki era Islam yang ditandai dengan masuknya agama ini pada abad ke-13.

Adanya pengaruh Hindu dan Islam ini kemudian membuat adanya akulturasi budaya yang berkembang di Indonesia.

Proses akulturasi Hindu dan Islam

Proses akulturasi Hindu dan Islam di Indonesia terjadi secara dinamis tanpa harus menghilangkan kebudayaan yang sudah ada.

Hal itu berdasarkan dari sifat dari kebudayaan yang selalu dinamis.

Pada abad ke-5, masyarakat Indonesia sudah mendapat pengaruh agama Hindu.

Ini dibuktikan dengan adanya penggunaan bahasa Sansekerta pada prasasti yang ditemukan di bekas berdirinya kerajaan Hindu.

Bangunan bercorak Hindu dan Islam

Salah satu contoh bentuk akulturasi antara Hindu dan Islam adalah dalam bentuk bangunan.

Hal itu dibuktikan dengan Masjid Agung Kudus yang memiliki bentuk seperti bangunan pura atau candi pada menara masjidnya.

Bangunan Masjid Agung Kudus mencerminkan bentuk dari hasil akulturasi yang terjadi antara Hindu dan Islam di Indonesia.

Selain itu, arsitektur masjid kuno Indonesia memiliki bentuk atap bertingkat lebih dari satu.

Ini merupakan bentuk arsitektur yang masih terpengaruh oleh budaya Hindu. Contohnya gaya arsitektur pada beberapa masjid berikut ini::

  • Masjid Agung Cirebon
  • Masjid Angke
  • Masjid Agung Demak
  • Masjid Katangka
  • Masjid Tambora

Selain itu, makam yang ada di Jawa, seperti makam raja di Imogiri, juga masih terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.

Hal itu didasarkan pada letak makam yang berada di atas sebuah bukit atau tempat tinggi.

Bangunan makam di Jawa memiliki filosofi yang terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, yakni semakin tinggi suatu tempat maka akan semakin dekat dengan Tuhan.

Tradisi Hindu dan Islam

Ada beberapa bentuk akulturasi yang terjadi di bidang budaya antara Hindu dan Islam.

Salah satunya adalah tahlilan atau yasinan pada agama Islam. Tradisi ini adalah acara doa bersama untuk leluhur atau keluarga yang sudah meninggal.

Pengaruh Islam juga terjadi dalam agama Hindu yang melakukan upacara atau ritual untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal.

Ada juga ziarah makam yang biasa dilakukan oleh sebagian umat Islam menjelang bulan Ramadhan.

Ziarah makam ini juga dilakukan oleh umat Hindu, seperti Raja Hayam Wuruk yang gemar mendatangi beberapa candi pendharmaan leluhurnya.

Akulturasi budaya Islam dan Hindu juga terjadi dalam bidang penanggalan di era Sultan Agung.

Sultan Agung menginginkan adanya penanggalan baru, sehingga kemudian diciptakan sebuah kalender perpaduan Kalender Saka dan Hijriah.

Makam Hindu dan Islam

Permakaman di Indonesia juga mengalamai pengaruh atau akulturasi dengan kebudayaan Hindu dan Islam.

Permakaman Islam di Nusantara biasanya akan dibuatkan jirat atau kijing. Namun, khusus bagi orang penting atau berpengaruh, biasanya akan didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup pada makam.

Adapun makam para raja akan dibuat megah dan lengkap dengan makam keluarga serta pengiringnya.

Biasanya permakaman raja-raja Islam akan ditempatkan di atas bukit yang dibuat dengan berundak-undak.

Hal itu hampir sama dengan konsep bangunan punden berundak era Hindu.

Referensi:

  • Na'am Muh Fakhrihun. (2019). Pertemuan Antara Hindu, China, dan Islam pada Ornamen Masjid dan Makam Mantingan, Jepara. Yogyakarta: Samudra Biru.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/22/170202779/akulturasi-islam-dan-hindu-di-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke