Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Malin Kundang, Kutukan Seorang Ibu pada Anaknya yang Durhaka

Cerita Malin Kundang berasal dari Provinsi Sumatera Barat, yang mengisahkan tentang seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya.

Konon, batu Malin Kundang benar-benar ada dan letaknya berada di obyek wisata Pantai Air Manis di Padang, Sumatera Barat.

Berikut asal cerita legenda Malin Kundang.

Malin pergi merantau

Konon, pada zaman dulu, muncul sebuah cerita populer di perkampungan nelayan di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat.

Di perkampungan itu, tinggal seorang janda bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya bernama Malin Kundang.

Sejak kecil, Malin sangat dimanja oleh sang ibu dan tumbuh besar menjadi seorang anak yang rajin sekaligus penurut.

Setelah dewasa, Malin meminta izin kepada sang ibu pergi merantau ke kota guna mencari pekerjaan, karena saat itu ada sebuah kapal besar yang sedang berlabuh di Pantai Air Manis.

Mendengar permintaan itu, Mande Rubayah tidak langsung memberikan izin, karena khawatir terjadi sesuatu kepada anak satu-satunya.

Malin berusaha meyakinkan sang ibu bahwa ia akan baik-baik saja di perantauan. Dengan berat hati, Mande Rubayah mengizinkan putranya pergi merantau dan membekalinya nasi bungkus serta tujuh buah pisang.

Sejak Malin pergi, setiap hari, Mande Rubayah pergi ke pantai untuk menunggu kedatangan sang buah hati.

Ia juga selalu mendoakan agar Malin baik-baik saja. Beberapa waktu kemudian, datanglah sebuah kapal di Pantai Air Manis.

Mande Rubayah langsung mencari keberadaan Malin, tetapi tidak menemukannya.

Mande Rubayah pun bertanya kepada setiap awak kapal maupun nakhoda kapal, tetapi belum juga menemukan putranya.

Selama bertahun-tahun, Malin tidak pernah terdengar lagi kabarnya.

Malin kembali dari perantauan

Setelah penantian panjang, Mande Rubayah akhirnya mendengar kabar tentang Malin dari seorang nakhoda yang dulu membawa anaknya pergi.

Nakhoda itu mengatakan bahwa Malin sudah menikah dengan seorang gadis cantik keturunan bangsawan yang kaya raya.

Beberapa hari kemudian, datanglah sebuah kapal megah di Pantai Air Manis. Penduduk setempat pun segera berkumpul di tepi pantai, karena mengira kapal tersebut milik seorang sultan atau pangeran.

Ketika kapal tersebut merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan dengan pakaian yang berkilauan.

Begitu mereka turun, Mande Rubayah segera menghampiri dan memeluk pria muda yang ia percaya sebagai Malin Kundang.

Pelukan Mande Rubayah membuat Malin merasa kaget, terutama setelah melihat penampilannya dengan pakaian compang-camping dan tubuh yang sudah tua renta.

Istri Malin juga merendahkan kondisi Mande Rubayah. Merasa malu di depan istrinya, Malin langsung menyanggah bahwa perempuan yang memeluknya bukanlah ibunya.

Mande Rubayah sangat terkejut mendengar perkataan Malin. Ia tidak menyangka anaknya tega berbuat demikian.

Tidak lama berselang, Malin kembali pergi bersama istri beserta kapal megahnya.

Malin dikutuk menjadi batu

Dengan perasaan sangat sedih dan sakit hati akibat perbuatan putranya, Mande Rubayah mengadahkan tangan dan berdoa.

Ia memohon, apabila anak laki-laki tersebut bukan putranya, ia berharap agar perbuatannya dimaafkan.

Namun, jika benar pria muda yang dipeluknya adalah Malin Kundang, Mande Rubayah memohon keadilan Tuhan.

Tidak lama setelahnya, cuaca di tengah laut tiba-tiba menjadi gelap dan turun hujan yang sangat lebat.

Kapal Malin Kundang pun dihantam sebuah badai besar yang menghancurkannya menjadi berkeping-keping.

Akibatnya, tubuh Malin terbawa ombak hingga ke pantai. Esok harinya, terlihat sebuah bongkahan batu besar menyerupai manusia di pinggir pantai.

Batu tersebut dipercayai merupakan tubuh Malin Kundang yang sudah dikutuk oleh ibunya menjadi batu lantaran durhaka.

Saat ini, batu Malin Kundang dipercaya benar-benar ada di Pantai Air Manis, Sumatera Barat.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/09/120000879/cerita-malin-kundang-kutukan-seorang-ibu-pada-anaknya-yang-durhaka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke