Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Musik pada Zaman Prasejarah

Menurut para ahli, musik hadir di antara manusia prasejarah, sebelum akhirnya menyebar dan berkembang ke seluruh dunia.

Diperkirakan bentuk musik yang paling sederhana telah dikenal oleh nenek moyang manusia sejak 6 juta tahun lalu.

Dalam perkembangannya, musik terus mengalami perubahan, dipengaruhi oleh aspek-aspek budaya, seperti ekonomi, iklim, teknologi.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah sejarah musik era prasejarah.

Musik prasejarah

Musik diduga pertama kali dikenal pada periode Paleolitikum atau sekitar 300.000 hingga 12.000 tahun lalu.

Namun, ada pula yang menyebut bahwa musik mulai dikenal pada masa Homo Sapiens, yang hidup sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun lalu.

Para ahli berpendapat bahwa awal mula manusia prasejarah mengenal musik adalah saat mereka mendengar beragam bunyi di alam.

Bunyi di alam yang beragam kemudian dikombinasikan menjadi sebuah ritme dengan alat-alat sederhana yang mereka buat sebagai alat musik.

Sebagian besar instrumen manusia purba paling awal ditemukan di Eropa dan berasal dari Paleolitik Atas.

Alat musik yang diduga tertua di dunia adalah Divje Babe Flute dari Gua Divje Babe di Slovenia, yang bertanggal 43.000 dan 82.000.

Temuan yang menyerupai seruling itu terbuat dari tulang paha beruang muda dan konon digunakan oleh manusia Neanderthal.

Kendati demikian, masih menjadi perdebatan para ahli apakah Divje Babe Flute adalah seruling atau hanya hiasan biasa.

Terlepas dari perbedaan para ahli tersebut, para ahli sepakat bahwa alat musik yang sering diutamakan pada zaman prasejarah adalah seruling.

Biasanya, seruling dibuat dari tulang paha hewan yang kemudian dilubangi. Alat musik zaman prasejarah yang telah diyakini oleh banyak ahli sebagai seruling adalah seruling tulang dari Jura Swabia, Jerman.

Dari lokasi tersebut, ditemukan beberapa seruling dari Paleolitik Atas, empat di antaranya terbuat dari tulang sayap burung dan empat dari gading mamut.

Kendati demikian, sebelum mengenal seruling, manusia purba diperkirakan juga menggunakan alat musik lainnya untuk menghasilkan bunyi-bunyian.

Namun, bahan-bahan yang digunakan sebagai alat musik tersebut telah terurai (kulit dan kayu), sehingga tidak lagi ditemukan bukti fisiknya.

Hal ini didukung dengan temuan lukisan di Gua Trois-Frères yang berasal dari 15.000 SM, yang diperkirakan menggambarkan seorang dukun memainkan musik.

Selain di Eropa, koleksi alat musik zaman prasejarah paling banyak ditemukan di China.

Kegunaan musik zaman prasejarah

Pada awal kemunculannya, musik mungkin memiliki nilai tertentu ketika makanan dan kebutuhan dasar lainnya sedang langka.

Mungkin juga, budaya prasejarah memandang musik secara intrinsik berhubungan dengan alam, dan percaya bahwa penggunaannya memengaruhi alam secara langsung.

Dalam perkembangannya, musik digunakan sebagai sarana untuk bersenang-senang, dan kemudian berubah menjadi sarana untuk penghormatan terhadap roh leluhur.

Pada zaman prasejarah, musik diketahui digunakan sebagai pengiring ritual atau upacara kepercayaan.

Musik umum digunakan sebagai pengiring bacaan mantra-mantra yang digunakan saat ritual supaya menimbulkan suasana yang magis.

Selain itu, musik juga digunakan sebagai alat komunikasi, salah satunya adalah sebagai penanda untuk mengumpulkan masyarkat dan penanda perang.

Bahkan, musik menjadi pengiring tarian dan simbol atau sarana ucapan syukur masyarakat prasejarah atas kekayaan alam yang bisa dimanfaatkannya.

Referensi:

  • Trisnawati, Ida Ayu. (2020). Sejarah Seni Budaya. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Isi Denpasar.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/11/130000579/sejarah-musik-pada-zaman-prasejarah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke