Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Musailamah al-Kadzab, Nabi Palsu yang Menjiplak Al Quran

Awalnya, ia merupakan pemeluk Islam dari Yamamah di Jazirah Arab, yang dikenal sebagai orang yang memiliki sifat lemah lembut dalam bertutur, pandai bicara, dan menarik simpati.

Bahkan di lingkungan sekitarnya, Musailamah al-Kadzab didukung oleh Bani Hanifah dan memiliki pengaruh cukup besar.

Karena klaimnya sebagai nabi, Musailamah al-Kadzab terlibat dalam Pertempuran Yamamah bersama pasukan Khalifah Abu Bakar dan tewas di tangan Wahsyi bin Harb.

Masuk Islam

Musailamah al-Kadzab adalah keturunan Bani Hanifah yang lahir di Yamamah dengan nama asli Maslamah bin Habib.

Menurut para sejarawan Arab, Musailamah merupakan salah satu tokoh yang berperan membangun Yamamah bahkan sejak sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yastrib atau Madinah.

Ketika agama Islam berkembang di Jazirah Arab, Musailamah menjadi salah satu orang yang memeluknya.

Bahkan ia juga membangun sebuah masjid di Yamamah untuk digunakan beribadah kaum Muslim Yaman.

Mengaku nabi

Meski telah memeluk Islam, Musailamah ternyata juga mempelajari ilmu sihir, yang kemudian ia percaya sebagai mukjizat.

Menurut sejarawan Arab, Musailamah menyatakan bahwa ia mendapatkan wahyu dari Allah dan berbagi wahyu dengan Nabi Muhammad SAW.

Musailamah juga menyatakan dirinya memiliki beberapa sifat ketuhanan hingga menyebut dirinya sebagai rahman (pemurah).

Musailamah memanfaatkan ilmu sihirnya untuk memengaruhi banyak orang hingga percaya padanya.

Bahkan tidak sedikit yang terpengaruh dan percaya dengan klaimnya sebagai nabi, khususnya Bani Hanifah yang berada di lingkungannya.

Oleh karena perkembangan yang pesat tersebut, Musailamah kemudian merevisi beberapa syariat Islam.

Salah satu syariat Islam yang direvisi adalah terkait ibadah salat, di mana ia memberikan kebebasan terhadap pengikutnya untuk tidak melaksanakan salat.

Selain itu, Musailamah menyusun kitab suci untuk menandingi Al Quran, yang isinya mengulas tentang keunggulan sukunya, Bani Hanidah atas Bani Quraisy.

Karya Musailamah tersebut justru mengundang ejekan karena isinya bahkan jauh di bawah standar sastra Arab kala itu.

Oleh sebab itu, Musailamah diberi gelar al-Kadzab, yang artinya pembohong.

Ditumpas Abu Bakar

Ajaran Musailamah al-Kadzab semakin berkembang hingga Nabi Muhammad SAW wafat pada 632.

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW, Musailamah dan pengikutnya semakin membuat muak pemimpin Islam di Madinah yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar.

Bahkan Musailamah menyerukan akan memerangi Madinah, yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Khulafaur Rasyidin.

Menanggapi hal itu, Khalifah Abu Bakar kemudian mengutus panglima perangnya, Khalid bin Walid, beserta pasukannya untuk menumpas Musailamah dan pengikutnya.

Khalid bin Walid kemudian menuju ke Yamamah, di mana pecah sebuah pertempuran yang disebut Perang Yamamah.

Perang tersebut berakhir, ketika Musailamah al Kadzab tewas di tangan Wahsyi bin Harb, mantan budak yang membunuh paman Nabi Muhammad SAW, Hamzah, saat Perang Uhud.

Referensi:

  • Bahri, Saiful. (2018). Sejarah Peradaban Islam Masa Khulafa Rasyidin. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Aufa Media.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/11/080000179/musailamah-al-kadzab-nabi-palsu-yang-menjiplak-al-quran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke