Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kronologi Kerusuhan Medan 1998

Salah satu kerusuhan terbesar dan paling awal terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara, pada 6 Mei 1998. Saat itu, ratusan ruko dan kendaraan menjadi sasaran amuk massa yang kecewa terhadap pemerintah.

Akibat peristiwa kerusuhan Medan 1998, sedikitnya enam orang tewas serta puluhan lainnya mengalami luka-luka. 

Kronologi Kerusuhan Medan 1998

Dipicu sikap represif aparat

Pada awal Mei 1998, mahasiswa telah berdemonstrasi di kampus-kampus di seluruh Medan untuk memprotes rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Bertambahnya jumlah demonstran dibarengi dengan meningkatnya seruan dari masyarakat untuk dilakukan reformasi.

Selama beberapa hari, bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan semakin meningkat, karena aksi demonstrasi disikapi dengan represif.

Pada 4 Mei 1998, harga BBM melonjak tajam hingga 71 persen dalam waktu satu malam saja.

Lebih dari 500 mahasiswa berkumpul di IKIP Negeri Medan (sekarang Universitas Negeri Medan) untuk melakukan aksi.

Pasukan keamanan pun segera memblokade kampus untuk mencegah mahasiswa keluar.

Ketika hari menjelang malam, mahasiswa diizinkan pulang, tetapi beberapa aparat dilaporkan menghentikan dan menyerang sebagian dari mereka.

Kabar mengenai serangan ini menyebar hingga memicu serangan terhadap sebuah pos polisi lalu lintas.

Ketika polisi yang kalah jumlah melarikan diri, pengunjuk rasa mulai menyerang pusat perbelanjaan dan pos polisi lainnya.

Ribuan orang pun turun ke jalan untuk membakar mobil dan toko hingga larut malam, yang kemudian memicu kerusuhan tiga hari di Medan.

Memuncak pada 6 Mei 1998

Sikap represif aparat membuat kerusuhan di Medan memuncak pada 6 Mei 1998, di mana Buana Plaza di Jalan Aksara Medan dijarah oleh masyarakat.

Polisi dan aparat keamanan lainnya pun berusaha mengendalikan situasi di pusat perbelanjaan tersebut.

Setelah situasi berhasil dikendalikan, pihak kepolisian segera memblokir beberapa ruas jalan dan mengirim serombongan tentara untuk berjaga-jaga. 

Massa yang beraksi pun semakin beringas. Mobil-mobil yang ada di depan toko tidak hanya dibakar, tetapi juga didorong dan dihantamkan ke depan pintu ruko.

Setelah pintu berhasil dijebol, mereka lantas mengambil barang dagangan dan harta pemilik toko keturunan Tionghoa.

Di saat yang sama, aksi penjarahan juga dilakukan di gudang-gudang penyimpan beras dan peralatan pecah belah.

Saat Brimob tiba pada sore hari, massa dibubarkan dengan gas air mata. Namun, aksi tetap berlanjut pada hari berikutnya, di mana massa mulai menyerang pasar, bank, dan perkantoran di seluruh kota.

Polisi dan tentara anti huru hara pun menembakkan peluru karet ke arah kerumunan untuk membubarkan mereka, tetapi tidak berhasil.

Kekacauan di Medan dapat dikendalikan dua hari kemudian. Hasilnya, enam orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Tragedi berdarah ini membuat perekonomian Medan lumpuh dengan kerugian ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah.

Referensi: 

  • Hoon, Chang Yau. (2012). Identitas Tionghoa: Pasca-Soeharto Budaya, Politik, dan Media. Jakarta: LP3S.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/01/080000679/kronologi-kerusuhan-medan-1998

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke