Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asal-usul Nama dan Sejarah Kabupaten Bantul

Dulunya, daerah ini menjadi tempat bermukim beberapa pahlawan pemberani, seperti Pangeran Mangkubumi, Sultan Agung, dan Pangeran Diponegoro.

Bahkan nama Bantul sendiri tidak dapat dilepaskan dari kisah-kisah kepahlawanan dan keberanian para tokoh penting tanah Jawa.

Lantas, bagaimana asal-usul nama dan sejarah Kabupaten Bantul?

Asal-usul nama Bantul

Asa-usul nama Bantul dapat ditelusuri dari kisah Panembahan Senopati dan Ki Ageng Mangir Wanabaya.

Dalam Babad Mangir, disebutkan bahwa Ki Ageng Mangir beristrikan Pambayun, putri Panembahan Senopati.

Kendati demikian, hubungan Ki Ageng Mangir dan Panembahan Senopati diketahui dalam keadaan tidak baik.

Suatu ketika, Ki Ageng Mangir tengah melakukan perjalanan menuju Kotagede. Dalam perjalanan, sasrahan yang dibawa para emban dengan cara dipikul terlihat bergerak mentul-mentul. Sehingga daerahnya kemudian dinamakan Bantul.

Versi lain dari cerita ini adalah hati Ki Ageng Mangir mentul-mentul atau ngembat mentul, yang artinya ragu-ragu.

Mentul-mentul atau ngembat mentul itu kemudian menjadi dasar penamaan Kabupaten Bantul.

Sejarah Kabupaten Bantul

Awal pembentukan Kabupaten Bantul terjadi pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Pemerintah Hindia Belanda, antara 1825 hingga 1830. 

Perang Diponegoro meletus pada 20 Juli 1825, ketika Belanda datang ke Tegalrejo untuk menangkap Pangeran Diponegoro.

Namun, upaya penangkapan tersebut gagal karena Pangeran Diponegoro telah menyingkir ke Desa Selarong, Bantul.

Pertempuran antara Pangeran Diponegoro dan Hindia Belanda mulai mereda pada tahun 1830.

Usai Belanda meredam perjuangan Diponegoro, pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vorstenlanden. 

Vorstenlanden ialah daerah-daerah yang ada di bawah kekuasaan empat monarki, yaitu Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman. 

Pada 26 dan 31 Maret 1831, pemerintah Hindia Belanda dan Kasultanan Yogyakarta akhirnya melakukan kontrak kerjasama tentang pembagian wilayah.

Berdasarkan dari kontrak kerjasama tersebut, Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten, yaitu Bantulkarang, Denggung, dan Kalasan. 

Sebagai bentuk penindaklanjutan pembagian wilayah itu, pada 20 Juli 1831 secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya disebut Bantulkarang.

Seorang prajurit Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan bupati Bantul pertama.

Berdasarkan peristiwa tersebut, setiap tanggal 20 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul.

Julukan Bantul

Bantul dikenal dengan julukan Kota Geplak, Kota Gerabah, dan Sahara van Java. 

  • Kota Geplak, Bantul memiliki kuliner khas dan legendaris yaitu Geplak yang terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa. Industri geplak ini dapat ditemui di seluruh penjuru Kabupaten Bantul.
  • Kota Gerabah, salah satu tujuan wisata yang ada di Kabupaten Bantul adalah Kasongan. Kasongan merupakan daerah industri gerabah terbesar di Kabupaten Bantul. Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi di sana umumnya berupa guci, pot, hiasan dinding, meja, kursi, dan sebagainya. 
  • Sahara van Java, di Bantul terdapat sebuah objek wisata yang cukup terkenal bernama Gumuk Pasir Parangkusumo. Gumuk Pasir ini mirip dengan Gurun Sahara di Afrika. Oleh sebab itu, Kabupaten Bantul dijuluki sebagai Sahara van Java.

Referensi:

  • Uddin, Baha dkk. (2020). Masyarakat Pedesaan dan Revolusi Kemerdekaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/29/100000779/asal-usul-nama-dan-sejarah-kabupaten-bantul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke