Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Iwan Simatupang, Pendobrak Sastra Konvensional

Di awal kariernya, Iwan menerbitkan karya-karya sastra dengan gaya yang segar. 

Beberapa karya novel Iwan yang terkenal pada masa itu ialah Merahnya Merah (1969) dan Ziarah (1969).

Kedua novel tersebut berhasil membuat Iwan meraih penghargaan Sastra Nasional. Ia juga dianggap sebagai pendobrak sastra konvemsional.

Pendidikan

Iwan Simatupang lahir di Sibolga, Sumatra Utara, 18 Januari 1928. 

Sewaktu kecil, Iwan menghabiskan sebagian waktunya dengan belajar mengaji dari orang tuanya. 

Kemudian,  barulah ia melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan di Padang Sidempuan.

Tahun 1948 Iwan memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih untuk menjadi pasukan yang ikut berperang melawan Belanda. 

Simatupang menjadi komandan pasukan Tentara Republik Indonesia Pelajar dan memimpin organisasi Pemuda Indonesia di Sumatra Utara. 

Pada tahun 1949, Iwan Simatupang sempat tertangkap oleh Belanda dan tidak berapa lama dibebaskan. 

Setelah bebas, Iwan pun kembali bersekolah di Hoogere Burgerschool (HBS) atau sekolah menengah umum di Medan. 

Setamatnya dari HBS, Iwan melanjutkan sekolahnya ke Fakultas Kedokteran di Surabaya tahun 1953. 

Di samping belajar kedokteran, Iwan juga belajar ilmu filsafat, antropologi, sastra, dan agama.

Selama belajar di kedokteran, Iwan pun menyadari bahwa ternyata menjadi seorang dokter bukanlah keinginannya. 

Iwan Simatupang sendiri tidak tahan melihat darah. 

Oleh sebab itu, Iwan memutuskan untuk tidak menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kedokteran.

Iwan Simatupang lantas pindah ke Jakarta. Selama di Jakarta inilah Iwan banyak mengetahui berbagai permasalahan kebudayaan. 

Sejak saat itu, Iwan pun aktif menulis di Mimbar Indonesia dan Siasat. 

Tahun 1954, Iwan mendapat beasiswa ke Eropa untuk mendalami ilmu kebudayaan. 

Ia belajar tentang antropologi di Leiden (1956), memperdalam drama di Amsterdam (1957), serta mendalami filsafat di Paris (1958). 

Usai menyelesaikan pendidikan di Paris, Iwan Simatupang memutuskan untuk kembali ke Tanah Air tahun 1958. 

Karier

Iwan Simatupang mulai terjun dalam bidang tulis-menulis ketika istrinya, Corry wafat karena penyakit tipus tahun 1960. 

Iwan pun terdorong untuk menulis sebuah novel bertajuk Ziarah pada tahun 1960 yang baru diterbitkan tahun 1969.

Satu tahun berselang, 1961, Iwan menulis naskah novel dengan judul Merahnya Merah yang baru diterbitkan pada 1968 oleh Penerbit Djambatan.

Selain menjadi penulis novel, Iwan Simatupang juga sempat bekerja sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi. 

Iwan juga bekerja pada sebuah perusahaan mobil dan sebagai wartawan. 

Karya

Semasa hidupnya, Iwan Simatupang menulis sebanyak empat novel, yakni:

  • Merahnya Merah (1968)
  • Ziarah (1969)
  • Kering (1969)
  • Koong (1975)

Penghargaan

Iwan Simatupang wafat pada tanggal 4 Agustus 1970.

Setelah berkarya di bidang sastra selama kurang lebih 40 tahun, Iwan mengantongi beberapa penghargaan, yaitu:

  • Hadiah Kedua dari majalah Sastra untuk esai bertajuk Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air (1963)
  • Sastra Nasional untuk novel Merahnya Merah (1968) dan Ziarah (1970)
  • Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen untuk novel Koong (1975)
  • Roman ASEAN Terbaik Koong (1977)

Referensi: 

  • Rampan, Korrie. (2000). Leksikon Susastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/24/100000879/iwan-simatupang-pendobrak-sastra-konvensional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke