Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahmad Sanusi: Peran dan Kiprahnya

Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, AII dibubarkan. 

Sanusi kemudian secara diam-diam mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). 

Selain itu, Ahmad Sanusi juga pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945. 

Dalam BPUPKI, Ahmad Sanusi berperan sebagai penengah ketika muncul konflik mengenai bunyi sila pertama rumusan dasar negara. 

Awal Kehidupan

Ahmad Sanusi lahir di Sukabumi, 18 September 1889. Ia merupakan putra dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin. 

Sebagai putra dari seorang kiai, Sanusi telah belajar mengenai ilmu-ilmu Islam sejak ia masih belia. 

Kemudian, mulai menginjak dewasa, Ahmad Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat.

Ketika berusia 20 tahun, Ahmad Sanusi menikah dengan Siti Juwariyah. 

Pasca-menikah, Sanusi dikirim ayahnya pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu Islamnya. 

Sewaktu di Mekah, Sanusi mendapatkan gelar sebagai Imam Besar Masjidil Haram. 

Kiprah

Setelah itu, Ahmad Sanusi kembali ke kampung halamannya. Ia membantu sang ayah mengajar di Pesantren Centayan. 

Tahun 1915, di tengah kesibukannya sebagai seorang pendakwah, Ahmad Sanusi diminta oleh salah seorang rekannya untuk menjadi penasihat Sarekat Islam Sukabumi. 

Ahmad Sanusi sempat menerima tawaran tersebut, tetapi tidak berlangsung lama. Sanusi tidak setuju dengan sistem sentralisasi yang ada dalam Sarekat Islam.

Ahmad Sanusi ingin agar uang kontribusi dari anggota Sarekat Islam tidak semuanya diserahkan ke pusat, tetapi juga dibagi ke daerah-daerah. Namun, usulannya tersebut ditolak.

Memasuki tahun 1922, Ahmad Sanusi kembali fokus dalam bidang pendidikan dan berdakwah. 

Masih di tahun yang sama, Ahmad Sanusi mendirikan pesantren di Kampung Genteng. Berkat pesantren tersebut, ia kemudian mendapat julukan "Ajengan Genteng".

Peran

Pengaruh dari Ahmad Sanusi ini kemudian kembali menarik perhatian pemerintah kolonial, terutama sewaktu ia menjadi anggota Sarekat Islam.

Dakwah yang ia sampaikan dianggap menjadi inspirasi anggota Sarekat islam wilayah Priangan Barat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Pemerintah kolonial menyampaikan bahwa sejumlah penduduk di wilayah Priangan Barat telah melanggar perintah pamong desa setelah mengikuti pengajian Ahmad Sanusi.

Sejak saat itu, Ahmad Sanusi dianggap sebagai ajengan yang anti-pemerintah.

Perilaku Ahmad Sanusi juga diawasi oleh pihak Belanda. 

Setelah itu, Ahmad Sanusi difitnah oleh pihak Belanda. Ia dipenjara di Sukabumi dan Cianjur, masing-masing selama enam dan tujuh bulan.

Tahun 1927, atas perintah Gubernur Jenderal ACD de Graeff, ia dipindahkan ke Tanah Tinggi, Batavia.

Setelah bebas, Sanusi kembali ke Sukabumi. 

Ia tinggal di Gunung Puyuh dan mendirikan Pesantren Syamsul Ulum di sana pada 1934. 

Sepuluh tahun berselang, tahun 1944, saat Jepang masuk ke Indonesia, Ahmad Sanusi diangkat menjadi Foku Shuchohan (Wakil Residen wilayah Bogor). 

Setelah itu, Ahmad Sanusi diangkat sebagai anggota BPUPKI.

Di badan tersebut, Sanusi menyampaikan pemikirannya mengenai negara Indonesia yang akan didirikan.

Salah satu pemikirannya adalah mengusulkan bentuk negara jumhuriyah atau republik.

Peran Ahmad Sanusi dalam BPUPKI juga tidak akan terhapuskan, karena ia turut menjadi penengah ketika terjadi konflik mengenai sila pertama dalam rumusan dasar negara.

Kala itu, butir pertama dalam rumusan dasar negara berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Pernyataan tersebut menimbulkan pro-kontra bagi beberapa anggota BPUPKI. Saat rapat mulai memanas, Ahmad Sanusi kemudian muncul sebagai penengah. Ia meminta agar rapat ditunda terlebih dulu. 

Keesokan harinya, rapat berjalan lancar dan semua pihak telah berdamai dan menerima butir pertama diubah.

Selanjutnya, saat revolusi berkecamuk, Ahmad Sanusi menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). 

Ia pindah ke Yogyakarta tahun 1946. Sewaktu perang telah berakhir, ia kembali ke Sukabumi.

Ahmad Sanusi wafat pada 31 Juli 1950. Jasadnya dikebumikan di Gunungpuyuh di atas bukit. 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/31/140000279/ahmad-sanusi--peran-dan-kiprahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke