Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Salib VIII (1270)

Dalam pertempuran ini, Raja Louis IX yang pernah memimpin Perang Salib VII (1248-1254) melawan Dinasti Hafsid di Tunis, ibu kota Tunisia.

Perang Salib VIII berlangsung dalam waktu sangat singkat, bahkan dicap sebagai sebuah kegagalan karena Raja Louis IX meniggal tidak lama setelah tiba di pantai Tunisia.

Hal ini disebabkan oleh wabah penyakit dan Tentara Salib setelah itu memilih untuk kembali ke Eropa.

Latar belakang Perang Salib VIII

Raja Louis IX yang pernah tertangkap oleh Mamluk pada Perang Salib VII bermaksud menepati sumpahnya untuk merebut Tanah Suci dari umat muslim dengan melancarkan perang baru.

Antara 1254-1266, ia terus mengirimkan bantuan keuangan dan militer ke Outremer atau negara-negara bentukan Tentara Salib.

Selain itu, keberhasilan Sultan Baibars dari Mamluk dalam menyerang negara-negara bentukan Tentara Salib di Suriah selama awal 1260-an juga membuat Louis IX semakin terusik.

Pada 1265, Sultan Baibars telah menyerbu Galilea, menghancurkan Katedral Nazaret, dan merebut Haifa, Toron, dan Arsuf.

Satu tahun kemudian, Louis IX melapor pada Paus Klemens IV bahwa dirinya akan melancarkan Perang Salib VIII.

Persiapan menjelang perang

Setelah Raja Louis IX mendapat dukungan dari Paus Klemens IV, seruan bagi para bangsawan dan ksatria di Eropa untuk membantu umat Kristen di Timur Tengah pun dikeluarkan.

Selain itu, pendanaan juga disiapkan untuk membiayai perang, termasuk menyewa kapal-kapal dari Marseille dan Genoa.

Seperti sebelumnya, Tentara Salib datang dari negara-negara lain seperti Inggris, Spanyol, Frisia, dan tentunya Prancis.

Beberapa bangsawan yang mendukung Louis IX di antaranya, Alphonse (saudara Louis), calon Raja Edward I dari Inggris, Raja James I dari Aragon, dan Charles dari Anjou, raja Sisilia.

Diperkirakan tentara yang berhasil dikumpulkan saat itu sebanyak 10.000-15.000 orang.

Jalannya Perang Salib VIII

Pada awalnya, Louis IX berencana untuk mendarat di lepas pantai Outremer atau negara-negara bentukan Tentara Salib.

Akan tetapi, pada 1269 rencana itu diubah dan armadanya diputuskan untuk mendarat di Tunis.

Pada 1 Juli 1270, pasukan di bawah pimpinan Louis IX berlayar dari Aigues-Mortes dan disusul oleh pasukan Raja Navare satu hari berikutnya.

Kedua armada ini mendarat di pantai Tunisia pada 18 Juli tanpa menghadapi banyak perlawanan.

Mereka kemudian membangun sebuah kamp di Kartago dan menunggu kedatangan kontingen Sisilia di bawah Charles dari Anjou.

Sayangnya, musim panas di Afrika Utara membuat para tentara terserang penyakit sampar dan disentri.

Pada awal Agustus, Louis IX terserang disentri dan putranya meninggal karena penyakit yang sama.

Louis IX akhirnya meninggal pada 25 Agustus 1270 dan saudaranya, Charles dari Anjou baru tiba tepat setelah kematiannya.

Charles yang kemudian menggantikan Louis IX sebagai komandan perang, memutuskan untuk menyepakati Perjanjian Tunis pada Oktober 1270.

Perjanjian damai untuk mengakhiri perang

Dalam perjanjian yang disepakati bersama Amir Tunis, Charles akan menarik pasukannya kembali ke Eropa.

Sebagai gantinya, umat Kristen dapat berdagang dengan Tunis dan para biarawan di kota tersebut dijamin keamanannya.

Sementara itu, Sultan Baibar yang mendengar kematian Louis IX langsung membatalkan rencananya untuk mengirim pasukan ke Tunis.

Perjanjian damai ini cukup menguntungkan bagi Charles karena pihaknya mendapatkan ganti rugi perang dari Tunisia.

Referensi:

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/26/150000679/perang-salib-viii-1270

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke