Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Janatin alias Usman: Kehidupan, Karier Militer, dan Bom di Singapura

Ia juga menjadi salah satu prajurit KKO yang bertugas dalam Operasi Dwikora.

Saat itu, Soekarno mengutus prajurit KKO untuk menyusup ke Malaysia dan Singapura.

Usman pun menjalankan misi untuk menciptakan huru-hara dengan meledakkan sejumlah gedung di Singapura, seperti kantor pos dan hotel.

Atas tindakannya ini, Usman pun ditangkap di Singapura.

Kehidupan

Usman Janatin lahir pada 18 Maret 1943 di Jatisaba, Purbalingga. Pada 1962, ia menamatkan sekolahnya di sekolah menengah.

Usman pun melanjutkan pendidikan dengan masuk Korps Marinir Indonesia.

Ia pun ditunjuk untuk menjadi salah satu dari tiga sukarelawan untuk bertugas dalam operasi militer Komando Siaga.

Komando Siaga sendiri dipimpin oleh Wakil Laksamana Angkatan Udara Omar Dhani.

Operasi ini berlangung selama konfrontasi Indonesia-Malaysia. Janatin kemudian ditempatkan di Pulau Sambu, Riau.

Kiprah Militer

Pada 1962, Usman mendaftarkan dirinya ke Sekolah Calon Tamtama KKO-AL di Malang. Setelah melalui berbagai tahapan seleksi, Usman berhasil lolos.

Ia pun menjalani berbagai latihan fisik dan mental sampai dinyatakan lulus pada 1 Juni 1962. Usman mendapat pangkat Prajurit III KKO.

Tugas pertama yang diemban Usman adalah mengikuti Operasi Sadar di Irian Barat. Ia bertugas untuk memastikan penyerahan kekuasaan berjalan dengan lancar.

Usman Janatin pun berhasil menyelesaikan tugasnya di Irian Barat dengan baik. Setelah itu, tugas negara lain juga sudah menanti Usman.

Tugas selanjutnya adalah Operasi Dwikora yang dikumandangkan oleh Presiden Soekarno.

Operasi Dwikora

Era 1962 sampai 1966, Indonesia yang dipimpin Presiden Soekarno melakukan konfrontasi dengan Malaysia.

Konfrontasi ini terjadi karena Soekarno menolak penggabungan dua koloni Inggris di bagian utara Pulau Kalimantan atau Sabah dan Sarawak menjadi bagian Negara Federasi Malaysia.

Bagi Soekarno, penggabungan ini menjadi sebuah bentuk pelanggaran terhadap Persetujuan Manila.

Persetujuan Manila adalah sebuah persetujuan berasal dari inisiatif Diosdado Macapagal, politikus Filipina, yang ditandatangani pada 31 Juli 1963.

Sementara Malaysia melihat penggabungan ini menjadi masalah dalam negeri, sehingga negara lain tidak seharusnya ikut terlibat.

Oleh karena itu, demonstrasi anti-Indonesia pun pecah di Kuala Lumpur.

Para demonstran menyerbu gedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) dan merobek-robek foto Soekarno.

Hal inilah yang kemudian menyulut emosi Soekarno. Ia pun mengambil sikap bermusuhan melalui pidatonya yang berjudul Ganyang Malaysia.

Soekarno kemudian melakukan penyerangan kepada Malaysia. Serangan ini kemudian dikenal dengan Operasi Dwikora.

Pengeboman di Singapura

Pada 8 Maret 1965, Usman Janatin dan rekannya, Harun Tohir, serta Gani bin Arup bertugas untuk melakukan sabotase di Singapura.

Ia diperintahkan untuk menyusup ke Malaysia dan Singapura.

Di sana, Usman bersama rekannya menjalankan misi untuk menciptakan kericuhan dengan meledakkan sejumlah gedung di Singapura.

Dengan perahu karet dan 12,5 kg bahan peledak, ketiganya diberitahu untuk membom sebuah rumah tenaga listrik.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Pada 10 Maret 1965, Usman dan kedua rekannya meledakkan bangunan sipil, bangunan Hong Kong dan Shanghai Bank.

Nama tempat itu sekarang dikenal sebagai MacDonald House. Pengeboman ini menewaskan tiga orang dan melukai sedikitnya 33 warga.

Hukum Gantung

Setelah melakukan pengeboman, Usman bersama rekannya, Harun, mencoba kabur melalui jalur barat, sedangkan Gani memilih jalur lain.

Keduanya merampas sebuah perahu motor milik warga dan pergi meninggalkan Pelabuhan Singapura.

Namun, di tengah pelarian itu, perahu motor yang mereka kendarai kehabisan bahan bakar. Mereka pun tertangkap oleh pasukan patrol Singapura pada 17 Oktober 1968.

Akhir Hidup

Setelah tertangkap, Usman dan Harun pun dijatuhi hukuman mati atas tindakan pembunuhan yang mereka lakukan.

Mereka dihukum gantung di Penjara Changi, Singapura. Jenazah Usman dan Harun kemudian dipulangkan ke Indonesia.

Mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Nama Usman sendiri kini diabadikan menjadi nama jalan di depan Markas Korps Marinir, yaitu Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun.

Sekarang, namanya juga diabadikan menjadi nama sebuah masjid di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/25/194445879/janatin-alias-usman-kehidupan-karier-militer-dan-bom-di-singapura

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke