Barangkali, persaingan menjadi begitu ketat mengingat dampak dari pandemi begitu besar bagi atlet.
Pandemi memang telah menganggu ritme latihan serta uji coba bagi para atlet.
Sehingga, hasil maksimal yang diharapkan bisa diraih pada pagelaran Olimpiade tak semuanya berhasil.
Namun, para atlet Amerika Serikat tetap berhasil mempertahankan predikat juara umum untuk kali ketiga secara beruntun.
Sekali lagi Tokyo, Jepang memang kembali menjadi tempat yang menyenangkan bagi atlet-atlet Amerika Serikat.
Sepanjang sejarah pelaksanaan Olimpiade musim panas, kontingen Amerika Serikat gagal menjadi yang terbaik apabila Olimpiade dihelat di wilayah Benua Asia kecuali di Tokyo, Jepang.
Pada Olimpiade Seoul 1988, kontingen Amerika Serikat bahkan menduduki peringkat ketiga pada klasemen akhir medali di bawah Uni Soviet dan Jerman Timur.
Pada Olimpiade Beijing 2008, China menjadi yang terbaik dengan posisi Amerika Serikat satu strip di bawah tuan rumah.
Untuk kali kedua, Amerika Serikat kembali menjadi juara umum saat pesta olahraga terbesar di dunia diadakan di negara Matahari Terbit.
Kontingen Amerika Serikat juga menjadi juara umum saat Tokyo menggelar Olimpiade musim panas pada tahun 1964.
Sementara itu bagi kontingen Indonesia, Tokyo menjadi kota ketiga di Benua Asia di mana atlet-atlet Tanah Air berhasil meraih medali.
Kita tentu ingat, kota Seoul merupakan tonggak sejarah bagi Indonesia dalan keikutsertaan di ajang multivent sekelas Olimpiade.
Setelah tujuh kali berpartisipasi di ajang Olimpiade tanpa medali, Seoul menjadi kota tak terlupakan bagi Merah Putih.
Trio pemanah putri Indonesia: Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani berhasil mempersembahkan medali perak usai mengalahkan tim panahan Amerika Serikat.
Saat Olimpiade digelar di Beijing pada 2008, kontingen Indonesia sukses mengumpulkan 1 medali emas, satu perak dan empat medali perunggu.