Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Atlet Diziinkan Protes di Olimpiade Tokyo 2020, tetapi...

Kompas.com - 23/07/2021, 17:40 WIB
Firzie A. Idris

Penulis

KOMPAS.com - Komite Olimpiade Internasional (IOC) melunakkan larangan anti protes bertajuk "Rule 50". Kini, para atlet diperbolehkan menyampaikan protes mereka sebelum kompetisi dimulai walau tetap tidak boleh dilakukan di podium.

IOC merenggangkan aturan Rule 50 yang melarang "berbagai jenis demonstrasi atau propaganda politis, religius, atau rasialis di situs, venue, atau area Olimpiade lain."

Atlet-atlet kini diizinkan untuk melakukan protes tetapi tak di podium. Setiap protes dapat dilakukan sebelum kompetisi dimulai.

Tepatnya, gestur diizinkan setelah para atlet meninggalkan area tunggu atau saat diperkenalkan sebagai atlet individual atau tim.

Perenggangan aturan ini telah terlihat dengan beberapa tim sepak bola telah melakukan aksi yang menjadi simbol gerakan Black Lives Matter yaitu turun di satu lutut.

Baca juga: Badminton Olimpiade Tokyo - Greysia/Apriyani Siap Tempur, Pantang Ulangi Kesalahan

Gerakan Black Lives Matter disimbolkan di dunia olahraga dari aksi atlet NFL (American Football) Colin Kaepernick pada 2016 dan kini menjadi pemandangan rutin di sepak bola Eropa dan terutama Inggris setelah kematian George Floyd di Minneapolis pada Mei 2020.

Presiden IOC Thomas Bach menekankan bahwa pihaknya menjamin kebebasan beropini para atlet di beberapa area Olimpiade, konferensi pers, mixed zone, dan media sosial.

Namun, ia melarang hal tersebut dalam kompetisi dan seremoni.

"Di sana, kebebasan berbicara mereka terjaga sepenuhnya," tutur Bach pekan lalu.

Kendati demikian, seorang peneliti dari Amerika Serikat yakin kalau kebebasan berekspresi ini tetap akan ditemui di podium atau saat berkompetisi di mana para atlet akan menemukan eksposur maksimal.

Baca juga: Atlet Belanda Mundur, Jumlah Kasus Positif Covid-19 di Olimpiade Tembus 100

"Saya berpikir para atlet akan bermain dengan aturan mereka sendiri," tutur Yannick Kluch, asisten profesor untuk sport leadership di Virginia Commonwealth University, seperti dikutip dari USA Today.

"Pikiran para pemain ini tak akan berubah oleh adanya aturan-aturan tersebut."

"Saya pikir atlet mana pun yang berhasil mencapai podium dan ingin berbicara serta memakai waktu mereka untuk menyoroti ketidak adilan di dunia pasti tak akan terpengaruh oleh peraturan ini."

Protes atlet paling terkenal di Olimpiade dilakukan oleh dua sprinter Amerika Tommie Smith dan John Carlos mengepalkan genggaman dan menaikkan tangan mereka di podium pada akhir event 200 meter di Olimpiade Meksiko 1968.

Dua sprinter Amerika Tommie Smith dan John Carlos mengepalkan genggaman dan menaikkan tangan mereka di podium pada seremoni pengalungan medali event 200 meter di Olimpiade Meksiko 1968.AFP Dua sprinter Amerika Tommie Smith dan John Carlos mengepalkan genggaman dan menaikkan tangan mereka di podium pada seremoni pengalungan medali event 200 meter di Olimpiade Meksiko 1968.

Keduanya melakukan protes terhadap ketimpangan rasial di Amerika Serikat. Baik Smith dan Carlos ditendang dari Olimpiade berkat aksi mereka tersebut.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com