KOMPAS.com - Permainan bola voli di Indonesia memang tak setenar olahraga bulu tangkis maupun sepak bola.
Akan tetapi, timnas bola voli baik putra dan putri Indonesia punya nama di kancah internasional bahkan Benua Asia.
Di Asia Tenggara, timnas voli putra bisa dibilang "raja". Sebagai buktinya, performa timnas voli putra di SEA Games 2019 Filipina.
Saat itu, timnas voli putra mempersembahkan medali emas.
Baca juga: Aturan Berhijab di Bola Voli
Hebatnya lagi, timnas voli putra yang diisi nama-nama seperti I Putu Randu, Dimas Saputra, Rivan Nurmulki, hingga Nizar Zulfikar, tak pernah kalah satu set pun sejak babak penyisihan grup.
Artinya, mereka selalu menang sempurna 3-0 sejak awal SEA Games 2019 hingga partai final.
Permainan bola voli diciptakan oleh William George. Mula-mula permainan bola voli diberi nama Mintonetta.
Melansir Federation Internationale de Volley Ball (FIVB), permainan Mintonetta ditemukan pada 9 Februari 1895 Holyoke, Massachusetts, Amerika Serikat.
William G. Morgan merupakan seorang instruktur pendidikan jasmani (Director of Phsycal Education) di Young Men Christian Association (YMCA).
Morgan merancang untuk membuat olahraga baru yang bisa dimainkan oleh semua usia, baik oleh remaja maupun orang dewasa.
Dulu olahraga Mintonetta dimainkan khusus bagi anggota YMCA yang usianya sudah tidak muda lagi.
Bahkan awalnya permainan voli hanya dijadikan sebagai sarana rekreasi.
Olahraga Mintonette merupakan olahraga yang ciptakan dengan mengkombinasikan beberapa jenis permainan. Di mana mengadopsi empat macam karakter olahraga, yakni bola basket, baseball, tenis dan bola tangan.
Olahraga Mintonette berubah nama menjadi volley ball (bola voli) pada 1896.
Morgan terus melakukan percobaan sampai menemukan gagasan untuk memasang net di tengah lapangan yang posisinya berada di atas tinggi kepala manusia, yakni sekitar 6 inci atau 1,98 meter dari tanah.