Sepanjang musim pertamanya, 2019-2020, Witan cuma tampil 2 kali sebanyak 71 menit.
Sedangkan di musim keduanya saat ini, Witan belum pernah dimainkan sama sekali.
Egy dan Witan teramat minim dimainkan di klub mereka itu, karena kalah bersaing dengan pemain lokal atau yang lebih berpengalaman.
Kasus serupa terjadi pada sejumlah pemain Malaysia di Eropa, yang tak bisa bertahan lama dan harus kembali ke liga lokal.
Pemain Malaysia itu antara lain Akmal Rizal Ahmad Rakhli dan Juzaili Samion di Strasbourg, serta Fadzli Shaari dan Rudie Ramli di SV Wehen.
Baca juga: 10 Nama Baru yang Dibawa Shin Tae-yong ke Luar Negeri
Yang masih hangat adalah kasus Safawi Rasid, yang dikirim Johor Darul Ta'zim (JDT) ke Portimonense, klub liga utama Portugal, dengan status pinjaman 1 musim.
Namun, berhubung tak pernah dimainkan di Portimonense hingga 3 bulan, padahal terkenal sebagai pemain andalan Timnas Malaysia, maka Safawi terpaksa kembali ke JDT.
Satu lagi pemain muda Malaysia yang "dipaksakan" ke klub senior Eropa adalah Luqman Hakim Shamsudin dalam usia 18 tahun.
Luqman bergabung dengan KV Kortrijk (Courtrai) di Liga Belgia sejak 6 Agustus 2020.
Dia baru tampil 1 kali selama 16 menit melawan Anderlecht tanggal 23 Oktober 2020.
Baca juga: Daftar 30 Pemain Timnas U19 Pilihan Shin Tae-yong ke Spanyol, 3 Berkarier di Luar Negeri
Penampilan itu diduga hanya untuk menyenangkan hati Luqman dan rakyat Malaysia, apalagi Kortrijk dimiliki pengusaha asal negeri sendiri, Vincent Tan.
Setelah itu, Luqman tak pernah lagi tampil di Kortrijk.
Di Malaysia, kasus yang menimpa para pemain mudanya di klub Eropa disadari sebagai langkah yang salah.
Namun, Malaysia tetap sangat bergairah mengirimkan pemain mudanya ke klub Eropa.
Agen sepak bola ternama Malaysia, Effendi Jagan Abdullah, berpendapat, mengutus pemain berusia 20 tahun ke atas ke Eropa, apalagi ke tim utama, adalah langkah keliru.