JAKARTA, KOMPAS.com - Mitos air liur dianggap bisa jadi penentu kemenangan di olahraga kriket, masih ada.
Dewan Kriket Internasional (ICC) yang bermarkas di Inggris pada keterangan tertulisnya, Senin (18/5/2020) mengatakan, lazimnya, pemain membersihkan bola kriket dengan air liurnya.
Para pemain menganggap air liur itu bisa membuat bola kriket bergerak sesuai kemauan usai dipukul ke arah pertahanan musuh.
Baca juga: Corona Runtuhkan Rivalitas Kriket India dan Pakistan
"Kebiasaan itu masih ada," kata pernyataan ICC sebagaimana warta laman Reuters.
Namun demikian, seiring dengan upaya membendung persebaran virus Covid-19, ICC akan melarang penggunaan air liur itu.
"Dikhawatirkan, air liur bisa membawa virus corona menular ke banyak orang," kata pernyataan ICC.
Peraturan larangan menggunakan ludah itu menurut rencana akan langsung berlaku tatkala liga-liga kriket dimulai lagi pasca-penundaan akibat pandemi corona pada pertengahan Maret 2020.
Pandemi corona, harus diakui, membawa banyak perubahan positif pada komunitas olahraga.
Di Italia, misalnya.
Pemain Cagliari berdarah Indonesia, Radja Nainggolan ikut turun tangan menjadi relawan pada pembagian sembako dan alat pelindung diri (APD) di klub asalnya itu.
Tentu saja, saat beraktivitas, Radja mengenakan perlengkapan yang sesuai dengan protokol pencegahan penyebaran Covid-19.
Di Indonesia, melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pencegahan corona juga membawa dampak yang kentara.
Peraturan PSBB yang diteken Presiden Joko Widodo pada pertengahan Maret 2020 dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21/2020 berisikan protokol-protokol antara lain penggunaan masker di segala kondisi, mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, hingga larangan mudik saat Hari Raya.
"Saya akan Lebaran di Bandung saja," begitu kata mantan kapten Persib Bandung Atep Rizal saat ditanya soal dirinya berlebaran atau tidak di kampung halamannya, Cianjur.
Setidaknya saat ini empat provinsi dan 72 kabupaten/kota telah menerapkan PSBB.