Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tari Lilin: Gerakan, Pola Lantai, dan Properti

Kompas.com - 10/03/2023, 22:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Tari Lilin adalah salah satu seni tari tradisional Indonesia yang berasal dari daerah Sumatera Barat, khususnya dari wilayah sekitar Minangkabau.

Tarian ini dipercaya sebagai sebuah tarian yang sudah ada sejak zaman istana kerajaan zaman dahulu.

Kesenian yang sudah dikenal sampai ke mancanegara ini, termasuk ke dalam jenis tari yang dibawakan berkelompok oleh penari perempuan dan dilakukan secara berpasangan.

Mereka akan membawa lilin dengan diiringi oleh alunan musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi atau pemusik.

Baca juga: Ragam Jenis Tari Tradisional Sumatera Barat

Gerakan tari Lilin

Pada dasarnya, gerakan dalam tari Lilin didominasi dan mengedepankan gerak yang pelan, anggun, gemulai, dan pasti lemah lembut.

Hal ini karena, selain tarian ini harus menunjukkan keanggunan penari dalam kilauan cahaya temaram dari lilin, gerakan yang gemulai pun tidak terlepas dari nilai dan makna filosofi yang terkandung dalam tari lilin.

Gerakan lemah lembut ini dilakukan bertujuan agar lilin yang dipegang oleh penari tidak jatuh, tidak menetes kemana-mana, serta tentunya terus menyala dan tidak padam.

Karena, jika lilin tersebut mati atau padam, maka cerita yang terkandung dalam pertunjukan tersebut akan menjadi berbeda.

Tarian ini juga tidak memerlukan banyak gerakan rumit, hanya saja para penarinya harus memiliki konsentrasi dan kewaspadaan yang penuh.

Adapun beberapa gerakan yang dominan dari tari Lilin ini, adalah gerak memutar badan, gerak meliuk-liuk, gerak mengayunkan tangan dengan lembut, gerak membungkukan badan, dan gerak yang dilakukan seperti orang sedang berdoa.

Selain itu, dalam tarian ini juga terdapat serangkaian gerakan yang dimainkan dalam posisi duduk. Gerakan tersebut berupa lambaian tangan yang lembut, indah, dan sedap dipandang.

Baca juga: Mengenal Tari Indang dari Sumatera Barat

Gerak ini menggambarkan suasana saat sekelompok gadis membantu temannya yang sedang mencari cincin, sehingga tari tradisional ini memiliki drama dan cerita dalam pertunjukannya.

Karena tarian ini termasuk ke dalam tarian yang disakralkan, maka pementasan tarian Lilin tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

Ini terjadi karena untuk memperoleh gerakan yang gemulai dan indah, para penari harus melalui latihan yang terstruktur dan menghabiskan waktu yang cukup panjang.

Di samping itu, setiap gerakan dalam tarian lilin ini juga membutuhkan keseimbangan dan kehati-hatian yang tinggi agar lilin tidak padam apalagi terjatuh.

Oleh sebab itu, tak heran jika untuk melakukan tarian ini, para penari perlu memiliki keahlian khusus guna menjaga agar lilin tetap dalam keadaan menyala.

Setiap penari tarian khas Minang ini pun harus bisa menjaga dan mempertahankan piring yang dipegang agar tetap dalam posisi yang datar.

Ini dilakukan untuk menghindari terpaan angin yang lebih kencang meski tubuh sedang bergerak melenggak-lenggok.

Meski tarian ini didominasi oleh gerakan yang cenderung lemah lembut, tetapi gerakan dari tari Liin sangat atraktif, bervariasi, dan tidak monoton atau itu-itu saja.

Tarian ini semakin indah berkat adanya lilin menyala yang digunakan penari. Ini membuat gerakan yang ditampilkan dalam tarian tersebut terlihat semakin menarik, unik, dan indah.

Baca juga: 4 Lagu Daerah Sumatera Barat

Pola lantai Tari Lilin

Dalam menampilkan tarian Lilin, para penari akan menggunakan pola lantai garis lurus dengan gerakan yang lemah lembut, gemulai, dan cenderung pelan. Tarian ini biasanya dipentaskan secara berkelompok oleh penari wanita.

Namun, tak jarang juga terdapat pertunjukan yang menampilkan penari gabungan antara penari wanita dan penari pria secara bersamaan.

Pada saat tarian akan dipentaskan, maka penari akan bersiap dengan memegang piring kecil yang sudah ada lilin di atasnya. Lilin tersebut pun dalam keadaan menyala ketika tarian dimulai.

Setelah itu, penari yang menggerakkan badannya. Mereka juga akan mengayunkan tangan mereka dengan indah dan lemah lembut mengikuti irama musik pengiring.

Selain itu, para penari pun akan melakukan gerakan memutar piring dengan posisi piring yang tetap stabil dan sejajar.

Jika melihat pada gerakan yang dilakukan penari, pola lantai dari tari lilin ini dapat dipandang sebagai sebuah lambang.

Sama halnya seperti busana yang digunakan penari, semua hal dalam tarian ini memiliki makna dan nilai masa lalu yang mendalam.

Baca juga: Senjata Tradisional Sumatera Barat

Properti Tari Lilin

Beberapa properti tari Lilin, yakni:

  • Busana atau pakaian gede

Pakaian gede adalah busana khusus yang dikenakan oleh seseorang yang akan menarikan tarian lilin.

Pakaian gede sendiri merupakan pakaian adat khas dari daerah Minangkabau Padang yang biasanya digunakan oleh para pengantin perempuan.

Kostum untuk penari tarian lilin ini terdiri dari busana atas dan busana bawah. Busana atas biasa disebut sebagai baju batabue, sedangkan untuk busana bagian bawah disebut juga sebagai lambak.

Selain itu, para penari lilin yang lainnya juga akan menggunakan dodot atau dikenal sebagai selendang mantri.

Busana yang dikenakan para penari dalam setiap pertunjukan tari lilin ini bukanlah busana atau kostum sembarangan. Melainkan, terselip suatu makna besar dalam kostumnya.

Busana penari lilin mengandung makna berupa gambaran tentang masa kejayaan kerajaan Sriwijaya di Indonesia yang juga mendapatkan pengaruh dari budaya luar, khususnya budaya Tiongkok.

  • Aksesoris pendukung penari

Selain menggunakan busana khusus khas daerah Minangkabau Padang, para penari juga diberikan beberapa aksesoris untuk mempercantik penampilannya.

Adapun aksesoris yang dipakai oleh para penari adalah cincin, galang atau gelang, dukuah (kalung), salampang (selempang), dan tengkulak atau hiasan untuk kepada.

  • Piring

Properti yang selanjutnya adala dalam pertunjukan tari lilin adalah piring. Bahkan, piring adalah benda wajib yang harus selalu ada dalam setiap pementasan tari lilin.

Dalam tarian tradisional dari Sumatera Barat ini, piring digunakan untuk meletakkan lilin di atasnya.

Oleh sebab itu, piring yang digunakan juga haruslah piring yang berukuran kecil atau sedang. Ini bertujuan agar pas atau sesuai saat digenggam di telapak tangan.

Untuk memegang piring tersebut, para penari juga harus memiliki teknik atau keahlian khusus agar piring tersebut tidak mudah lepas apalagi terjatuh.

Cara penari memegang piring sambil mengayunkan-ayunkan inilah yang membuat tari lilin semakin terlihat unik, menarik, dan sedap dipandang.

Baca juga: 7 Alat Musik Daerah Sumatera Barat

  • Lilin

Sesuai dengan namanya, tentu tarian ini akan menjadikan lilin sebagai properti utamanya. Tarian ini juga terkenal karena keunikannya yang tak lain adalah karena menggunakan lilin untuk menarik.

Sebagai catatan, lilin yang digunakan untuk menari juga harus dalam keadaan hidup atau menyala. Hal ini tentu sesuai dengan sejarahnya yang mana tarian ini dahulu kala dilakukan pada saat malam hari yang gelap.

Seperti yang sudah kita ketahui, keunikan dari tarian ini terletak pada keahlian penari yang meliukkan badannya sambil membawa piring dan lilin yang dalam keadaan menyala tanpa piring tersebut jatuh dan lilin yang tetap menyala.

Penonton pun tidak perlu khawatir jika lelehan lilin tersebut menetes atau terkena penari. Karena, lelehan lilin akan terkumpul dalam piring tersebut.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com