Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, alur diartikan sebagai rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaiannya.
Ada berbagai macam jenis alur dalam sebuah karya sastra, yaitu:
Berikut penjelasannya:
Alur berdasarkan urutan waktu dibedakan menjadi dua, yakni alur maju dan alur campuran. Sebagai berikut penjelasannya:
Alur maju disebut juga dengan alur lurus dan alur progresif. Alur maju ini dikatakan progresif (mengalami kemajuan) apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan dalam suatu karya sastra memang memiliki kronologis atau secara runtut.
Alur maju in biasanya dimulai dari tahap awal (berupa pengenalan tokoh dan pemunculan konflik), menuju tahap tengah (berupa konflik dan klimaks), kemudian diakhiri dengan tahap akhir (berupa penyelesaian masalah dan ending).
Contoh karya sastra yang menggunakan alur maju alias alur progresif ini, yakni:
Baca juga: Ciri-ciri Alur Mundur Pada Karya Sastra, Kelebihan, Kekurangan, dan Contohnya
Saat ini, banyak karya sastra yang tidak melulu menggunakan alur mundur atau alur maju secara mutlak, tetapi mengandalkan alur campuran antara keduanya.
Dalam karya sastra yang menggunakan alur ini secara garis besar akan nampak seperti alur maju, tetapi di dalamnya akan terdapat adegan flashback.
Dilansir dari buku Teori Pengkajian Fiksi (2013) oleh Burhan Nurgiyantoro, sebenarnya tidak mungkin ada cerita yang mutlak mengalami flashback saja, sebab akan membingungkan pembaca karena terus-menerus “mundur”.
Contohnya dalam novel Atheis yang memang terlihat sebagai alur mundur, tetapi ternyata memiliki skema berupa:
E – D1 – A – B – C – D2
A adalah tahap awal cerota, sementara B-C-D merupakan tahap awal yang berisi inti cerita. Terakahir E adalah tahap penyelesaian cerita.
Dalam kriteria jumlah ini maksudnya adalah jumlah alur yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Terbagi menjadi: