Intervensi ini menyulut perang antara Paku Buwono I yang didukung VOC melawan Amangkurat III yang didukung Untung Suropati.
Sayangnya, perang berakhir dengan kemenangan Paku Buwono I sehingga mulailah era pemerintahan dinasi Pakubuwono di Mataram.
Baca juga: Perjanjian Giyanti, Memecah Kerajaan Mataram Menjadi Dua
Pada masa pemerintahan Pakubuwono II diwarnai kekisruhan akibat pemberontakan Sunan Kuning maupun perlawanan masyarakat tionghoa terhadap VOC di Batavia, di mana Mataram makin berada di bawah cengkraman VOC.
Bahkan, atas campur tangan VOC Mataram dibagi dua menjadi kesultanan Yogyakarta yang diperintah oleh Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I dan Kasunanan Surakarta di Solo dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwono III.
Pengaruh VOC cukup besar, karena mereka kembali campur tangan menyelesaikan pertentangan antara Hamengkubuwono I dan Raden Mas Said berhadapan dengan aliansi pasukan Yogyakarta, Surakarta, serta VOC.
Kemelut ini berakhir dengan kesepakatan perjanjian Salatiga. Di mana, dalam perjanjian Kasunanan Surakarta dibagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Mangkunegara.
Baca juga: Kondisi Surakarta Awal Abad ke-20
Pecah belah Mataram masih berlangsung semasa peralihan kekuasaan Belanda ke Inggris. Di yogyakarta terjadi perebutan takhta antara Hamengkubuwono II dan Hamengkubuwono III.
Di Tengah kemelut pasukan Inggris menyerbu masuk istana dan memaksa Hamengkubuwono II turun takhta dan dibuang ke Penang, Malaysia.
Setelah itu, Hamengkubuwono III naik takhta, namun sebagian wilayah Kesultanan Yogyakarta harus dibagi kepada Pangeran Natakusuma yang membantu Inggris dalam penyerbuan. Peristiwa ini menandai berdirinya Kasunanan Paku Alam di Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.