KOMPAS.com - Penetrasi budaya dapat mengubah sikap masyarakat ataupun suatu kebudayaan. Namun, bisa jadi penetrasi budaya tidak mengubah suatu kebudayaan karena sikap masyarakat itu sendiri.
Dalam konteks kebudayaan, penetrasi tidak bisa selalu diartikan negatif atau positif. Karena bergantung pada bagaimana masyarakat suatu daerah menyikapi dan menanggapinya.
Mengutip dari jurnal yang berjudul Struktur Bentuk Komposisi dan Akulturasi Musik Terbang Biola Sabdo Rahayu Desa Pekiringan, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal (2015) karya Endri Muris Jatmiko, yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan di kebudayaan lainnya.
Artinya kebudayaan yang sudah dikenal lama di masyarakat, dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan lain yang bisa jadi berbeda dengan kebudayaan di masyarakat tersebut.
Penetrasi budaya tidak bisa selalu dimaknai negatif. Asalkan kebudayaan lama dan kebudayaan baru bisa saling mengimbangi satu sama lain. Jika tidak bisa, maka kebudayaan lama dikhawatirkan dapat rusak.
Baca juga: Dampak Kemajuan Teknologi di Bidang Sosial dan Budaya
Secara garis besar, proses penetrasi budaya bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dengan damai atau dengan paksa.
Semuanya memiliki hasil penetrasi budayanya masing-masing, ada yang berdampak positif, tetapi ada pula yang berdampak negatif.
Melansir dari jurnal yang berjudul Penetrasi Budaya Kolonial di dalam Buku Teks Sejarah Indonesia Kelas XI (2017) karya Faidin, proses dan macam penetrasi budaya dibagi menjadi dua, yakni:
Proses penetrasi budaya ini dilakukan secara damai. Hasil dari proses penetrasi ini tidak akan menghilangkan unsur asli kebudayaan di masyarakat. Sebaliknya, penetration pasipique akan memperkaya kebudayaan di suatu daerah.
Oleh karena proses penetrasi budaya dilakukan secara damai, maka dalam penerapan atau penerimaannya di masyarakat tidak menimbulkan konflik. Penetration pasipique akan menghasilkan akulturasi, asimilasi dan sintesis.
Contoh penetrasi damai ialah masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Kebudayaan ini tidak menyebabkan konflik dan diterima dengan baik di masyarakat.
Baca juga: Tahapan Analisis Karya Seni Budaya Nusantara
Berbeda dengan penetration pasipique, penetrasi keras diakukan secara paksa atau dengan kekerasan. Biasanya penetrasi keras akan merusak kebudayaan asli atau kebudayaan lama di masyarakat.
Oleh karena proses penetrasi budaya dilakukan dengan paksa atau kekerasan, maka dalam penerapan atau penerimaannya di masyarakat menimbulkan guncangan dan bisa merusak keseimbangan di masyarakat.
Pada intinya penetrasi keras mengharuskan sebuah kebudayaan baru untuk masuk dan diterima di masyarakat.
Contoh penetrasi keras ialah masuknya pengaruh kebudayaan barat ke Indonesia pada zaman penjajahan. Hal ini menimbulkan guncangan di masyarakat sehingga merusak keseimbangan di masyarakat.
Saat ini di Indonesia bisa ditemui dengan mudah beberapa contoh penetrasi budaya, yakni:
Baca juga: Contoh Akulturasi Budaya Indonesia dengan Bangsa Tiongkok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.