KOMPAS.com - Provinsi DKI Jakarta memeliki berbagai kesenian dan budaya yang menjadi ciri dan ikon masyarakat Jakarta. Salah satu kesenian yang ada di DKI Jakarta adalah tari Cokek.
Tari Cokek merupakan perpaduan antara kebudayaan Betawi dengan unsur China dan sudah ada sejak awal abad ke-20.
Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Cokek merupakan kesenian Betawi yang ditarikan dengan iringan gambang kromong.
Kata Cokek berasal dari bahasa China "cukin", yaitu selendang yang panjangnya kurang dari satu meter yang dipakai oleh para penari wanita untuk menggaet pasangannya.
Berdasarkan berbagai keterangan, tari Cokek dulu dikembangkan oleh para tuan tanah China sampai menjelang Perang Dunia (PD) II. Kelompok tari tersebut masih dimiliki oleh orang-orang China peranakan.
Baca juga: Tari Sekapur Sirih, Tari Penyambutan Tamu Khas Jambi
Ada pula yang mengartikan "cokek" sebagai penyanyi yang merangkap penari dan biasanya cokek dipanggul untuk memeriahkan suatu hajatan, saat kenduri, atau perayaan.
Para Cokek disamping menyemarakan suasana pesta dengan nyanyian dan tarian, mereka juga membantu para tamu dalam perjamuan, seperti menuangkan minuman, menambah nasi atau lauk pauk dengan sikap luwes.
Pada perkembangan selanjutnya, cokek diartikan sebagai tarian pergaulan yang diiringi oleh orkes gambang kromong dengan penari-penari wanita yang disebut wayang cokek.
Para tamu diberi kesempatan untuk ikut menari bersama, berpasangan dengan para cokek.
Orang-orang Betawai menyebutnya "ngibing cokek". Selama ngibing biasanya mereka juga sambil minum-minuman keras untuk menambah semangat menari.
Baca juga: Manfaat Energi Panas Matahari
Dikutip dari buku BATAVIA 1740 – Menyisir Jejak Betawi (2010) karya Windoro Adi, para penari cokek belajar menari dari sejumlah guru tari yang khusus didatangkan dari China.
Tak heran bila tarian cokek didominasi gerakan tarian China. Pada zaman dulu yang menari adalah perempuan belai yang menjadi budak.
Tari Cokek sebelum dilakukan pertunjukkan, terlebih dahulu disajikan wayangan.
Di mana para penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kramong.
Tangan penari merentang setinggi bahu mengikuti gerakan kaki. Selanjutnya para penari mengajak penonton untuk menari bersama.
Caranya dengan mengalungkan selendang pertama-tama kepada tamu yang dianggap terhormat.
Baca juga: Kemungkinan yang Terjadi di Bumi Jika Panas Matahari Bertambah
Ketika tamu yang diserahi selendang bersedia menari, maka mulailah penari dan tamu ngibing, menari berpasang-pasangan.
Tiap pasangan berhadapan dengan jarak dekat tapi tidak saling bersentuhan. Tapi ada kalanya pasangan saling membelangkangi.
Jika tempatnya luas, pasangan penari tersebut bisa melakukan gerakan memutar.
Warna selendang ada beberapa seperti merah, hijau, ungu, kuning, merah muda, atau biru.
Tari Cokek merupakan salah satu bentuk tari pergaulan masyarakat Betawi sebagai perpaduan antara nilai-nilai kebudayaan Betawi dengan masyarakat luar.
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), tari Cokek dipertunjukan pada perayaan pernikahan, selamatan keluarga, atau hiburan lainnya.
Baca juga: Gotong Royong: Pengertian dan Manfaatnya
Sebagai hiburan kesenian yang bersifat pergaulan, tari Cokek cukup populer dan berkembang di Jakarta dan daerah sekitarnya seperti Bekasi dan Tangerang.
Sekarang tari Cokek tidak hanya di dominasi oleh warga keturunan China saja, tapi juga warga pribumi yang berbaur dengan warga keturunan China baik sebagai pemain dalam group seni atau sebagai penonton.
Busana yang dipakai penari tari Cokek berupa baju kurung dan celana dari bahan semacam sutra dengan warna yang mencolok.
Pada ujung bawah celana biasanya diberi hiasan dengankain yang serasi.
Selembar selendang panjang terikat di pinggang dengan kedua ujungnya terjurai ke bawah.
Rambut penari tersisir rapi ke belakang. Ada juga yang dikepang kemudian disanggulkan dengan bentuk tidak terlalu besar, lalu dihias dengan tusuk konde bergoyang-goyang.
Baca juga: Manfaat Energi Bagi Tubuh
Kemudian diberi hiasan benang wol yang dikepang atau dirajut. Menurut istilah setempat disebut "burung hong".
Burung hong menurut istilah berasal dari pembasteran kata "feng huang" yang berasal dari bahasa Hakka, China Daratan.
Feng huang adalah burung mitologis, semacam burung pheonix yang dipercaya sebagai burung pembawa keberuntungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.