KOMPAS.com - Bahasa dalam setiap ssastra memiliki karakter yang berbeda-beda, misalnya bahasa puisi akan berbeda dengan bahasa dalam cerpen dan novel.
Bahasa puisi biasanya padat dan singkat, serta memiliki makna yang sangat luas.
Untuk memberikan imajinasi dan perasaan dalam bahasa puisi, penyair pada umumnya menggunakan majas atau bahasa figuratif.
Salah satu cara membaca puisi adalah dengan seni deklamasi. Dalam buku Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia (1988) karya Maidar Asyad, keterampilan deklamasi adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi.
Dapat diartikan juga sebagai pengucapan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima penerapan melalui rangakaian nada, tekanan dan penempatan persendirian. Jika penerapan deklamasi secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka pendeklamasi.
Baca juga: Contoh Puisi Bertema Covid-19
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, deklamasi adalah penyajian sajak yang disertai lagu dan gaya.
Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Deklamasi Sebagai Satu Keterampilan Berbahasa (1981), mengatakan deklamasi merupakan suatu alat untuk mengkolaborasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar.
Dilansir dari buku Menyemai Benih Cinta Sastra (2015) karya Sony Sukmawan, terdapat perbedaan antara deklamasi dan baca puisi, meskipun sama-sama bentuk penampilan seni pentas.
Deklamasi berasal dari kata declamator, artinya pendeklamatornya (orang yang menyampaikan deklamasi) harus hafal akan apa yang akan diucapkan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan