Macam-macam teater tradisional Indonesia, seperti wayang kulit, wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, atau ketoprak.
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain.
Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater barat, dinamakan teater bangsawan.
Baca juga: Perkembangan Seni Rupa Murni Indonesia
Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan).
Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi, mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi.
Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805.
Kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkembangan seni teater Nusantara berdasarkan naskah drama belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan.
Drama-drama ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual pada masa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras sekitar tahun 1930-an.
Baca juga: Fungsi dan Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Bentuk sastra drama yang pertama kali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak.
Selanjutnya perkembangan seni teater Nusantara sangat di pengaruhi oleh keadaan politis, pergerakan, ideologis, kritik, dan peristiwa-peristiwa kemerdekaan.
Perkembangan membanggakan dari teater kontemporer Indonesia memungkinan ekspresi artistik bisa dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman.
Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 1980-an hingga saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan, seni teater konvensional tidak pernah mati dan teater eksperimental terus juga tumbuh.
Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.