Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Teks Ceramah Singkat Beserta Strukturnya

Kompas.com - Diperbarui 14/12/2021, 17:50 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Arum Sutrisni Putri

Tim Redaksi

Saya suka bincang-bincang di sore hari bersama tetangga. Kita semua kan memang suka mengobrol dan membicarakan sesuatu. Tidak hanya ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, bahkan semua orang pada dasarnya suka bicara karena kita adalah mahluk sosial. Namun yang ingin saya bahas adalah apa yang sering menjadi pembicaraan kita.

Ada baiknya kita memperhatikan apa yang keluar dari mulut. Seringkali bahan obrolan kita kurang sehat ketika membicarakan keburukan orang lain. Obrolan berkutat soal membandingkan, mengomentari, atau menghakimi perilaku orang lain. Saya rasa itu tidak baik ibu-ibu sekalian.

Banyak hal yang bisa menjadi bahan obrolan kita sehari-hari. Misalnya membahas acara televisi yang kita tonton, kenaikan harga sembako, pendidikan anak, atau berbagi keluh kesah sebagai sesama ibu rumah tangga. Janganlah menyebar atau membicarakan keburukan orang lain. Mari saring apa yang keluar dari mulut kita.

(Penutup)

Begitu saja yang ingin saya sampaikan. Semoga apa yang saya sampaikan berkenan untuk ibu-ibu sekalian. Mohon maaf bila salah kata atau laku saya yang kurang pantas. Selamat sore.

Baca juga: Contoh Teks Persuasi tentang Pendidikan dan Lingkungan

Contoh teks ceramah singkat tentang ketahanan pangan

(Pembukaan)

Selamat pagi semuanya. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada saya. Suatu kehormatan saya dapat memberi sepatah dua patah kata, sebelum membuka serangkaian kegiatan Festival Pangan Nasional.

(Isi)

Indonesia kaya akan sumber daya alam, kaya pula akan sumber pangan. Kita bisa menanam sumber bahan pangan di pekarangan dan saya yakin, kemungkinan tumbuhnya sangat besar. Kita dikaruniai oleh Tuhan tanah yang kaya dan subur. Namun mengapa sampai saat ini masih kita masih import bahan pangan dari luar? Atau lebih sempit lagi, mengapa masih ada saja masyarakat yang kelaparan?

Saya merasa ada yang salah dengan ketahanan pangan. Puluhan tahun kita didoktrin untuk makan nasi. Sumber karbohidrat lain seperti jagung, sagu, talas, singkong, ubi, dan sejenisnya tidak menjadi makanan pokok. Padahal kita dapat menanam sumber pangan di pekarangan kita masing-masing. Ketahanan pangan nasional, dimulai dari ketahanan di lingkup kecil, yaitu keluarga.

Melalui Festival Pangan Nasional ini, mari kita membentuk ketahanan pangan dari lingkup terkecil. Beri kesempatan pada lapisan masyarakat untuk berperan. Mereka adalah sumber ketahanan itu sendiri. Berikan mereka izin untuk manfaatkan lahan desa untuk membentuk ketahanan pangan lokal. Beri lahan pada kelompok tani untuk dikelola lalu mendistribusikan hasilnya melalui koperasi-koperasi di tingkat desa. Jangan tebang hutan karena itu adalah sumber pangan masyarakat adat.

(Penutup)

Itu sedikit yang dapat saya sampaikan. Semoga Festival Pangan Nasional tidak hanya sekadar selebrasi dan romantisisme saja. Namun bisa mendorong berbagai lapis elemen masyarakat untuk lebih berdaya. Sekian, terima kasih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com