Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Kepentingan

Kompas.com - 03/10/2020, 15:43 WIB
Imam Daniel Sihombing ,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada pergolakan dalam negeri, ada beberapa konflik yang terjadi berkaitan dengan kepentingan atau vested interest.

Dilansir dari Mirriam Webster Dictionary, vested interest adalah adanya kepentingan yang ingin menikmati hak hukum di masa depan atau di masa saat ini.

Vested interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha mengontrol sistem sosial untuk keuntungan sendiri.

Dengan sikap suka mengontrol inilah, kelompok-kelompok tersebut sulit melepaskan posisi atau kedudukan yang sudah mereka dapatkan.

Baca juga: Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi

Dilansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (1984) oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, konflik yang terjadi pada 1948-1965 dan berkaitan dengan kepentingan tersebut berhubungan dengan keberadaan pasukan KNIL atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

KNIL tidak menerima adanya tentara Indonesia di wilayah yang sudah menjadi kekuasaan mereka. Berikut beberapa konflik yang berkaitan dengan kepentingan:

Pemberontakan APRA atau yang disebut juga dengan Angkatan Perang Ratu Adil adalah pemberontakan yang terkait dengan kepentingan yang terjadi pada Januari 1950.

Pemberontakan dilatarbelakangi oleh komandan pasukan Belanda bernama Raymond Westerling.

Ia menyatakan bahwa bangsa Indonesia dianggap telah mengalami berbagai penjajahan seperti dari Belanda dan Jepang, sehingga dibutuhkan adanya kemakmuran sama seperti yang diramalkan dalam Ramalan Jayabaya.

Konflik ini terjadi pada tahun 1950. Pemberontakan ini terjadi karena adanya keingianan dari Andi Azis untuk menolak unsur-unsur TNI agar masuk ke Sulawesi Selatan dan ingin mempertahankan NIT atau Negara Indonesia Timur.

Baca juga: Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri (1948-1965)

Pada 5 April 1950, perdana menteri P.D Diapari tidak menyetujui tindakan Andi Azis, hingga akhirnya pemerintah di bawah pimpinan Ir. M Putuhena mendapat mandat dari presiden RIS untuk membubarkan NIT.

  • Konflik Republik Maluku Selatan (RMS)

Konfik ini dilatarbelakangi oleh pendiri RMS, Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil yang merasa tidak puas dengan hasil proses kembalinya negara kesatuan setelah KMB atau Konferensi Meja Bundar.

Terjadi banyak pertempuran yang terjadi di Maluku Selatan. Beberapa di antaranya seperti penyerangan di Teluk Poso, Niew Victoria yang menewaskan Slamet Riyadi hingga jatuhnya Kota Ambon.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, perjuangan gerilya kecil-kecilan masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962.

Baca juga: Muso, Pimpinan Pemberontakan PKI di Madiun

Setelah itu, pada tanggal 12 Desember 1963, Soumokil akhirnya dapat ditangkap dan kemudian dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta.

Berdasarkan keputusan Mahkamah Militer Luar Biasa, Soumokil dijatuhi hukuman mati. Pada akhirnya pemberontakan RMS berhasil dihentikan oleh pemerintah Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com