KOMPAS.com - Sebelum agama Islam datang, orang-orang Arab tidak memiliki kalender khusus yang bisa digunakan bersama.
Masyarakat Arab yang membuat kalender pertama kali adalah Ya'la Bin Umayyah, orang Yaman. Zaman dahulu masyarakat Arab memiliki kalender yang berbeda-beda dan tidak bisa satu dalam menentukan hitungan tahun.
Dalam buku Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah (2012) karya Ida Fitri Shohibah, setelah datangnya Islam, masyarakat Arab belum juga memiliki kalender yang khusus.
Mereka menetapkan suatu peristiwa dengan peristiwa-peristiwa yang penting. Salah satunya, yaitu peristiwa hijrahnya Nabi dari Kota Mekkah menuju Madinah pada tanggal 28 Juni 623 Masehi.
Baca juga: Sejarah Perang Badar
Kemudian 10 tahun setelah hijrahnya Nabi ke Madinah hingga Nabi wafat pada tanggal 9 Juni 633 Masehi, orang-orang Arab memiliki nama-nama disetiap tahunnya.
Setelah itu, Umar bin Khatab mengadakan sebuah musyawarah dengan mengumpulkan beberapa sahabat Nabi, salah satunya membahas bulan untuk memulai tahun yang dimulai dari hijrah Nabi.
Setelah berbagai usulan disampaikan, berikut nama-nama bulan Hijriyah:
Kata Muharram berarti yang terlarang. Disebut demikian karena memang pada bulan ini, masyarakat Arab seluruhnya mengharamkan peperangan.
Tidak ada tumpah darah pada bulan Muharram. Hal ini merupakan hukum adat yang tak tertulis yang berlaku sejak lama.
Shafar satu suku kata dengan kata Shifr yang berarti kosong. Bulan ini dinamakan shafar atau shifr, karena pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka yang beralih ke medan perang.
Baca juga: Teori Penyebaran Islam Menurut Tome Pires
Rabi yang berarti musim semi. Bulan ini dinamakan Rabi' al-Awwal karena pada bulan itu terjadi musim semi.
Nama bulan ini mengikuti nama bulan sebelumnya karena musim gugur sedang berlangsung. Tsani artinya yang kedua.
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi sittah. Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini jatuh pada musim dingin juga.
Rajab termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan bulan Rajab karena bangsa Arab melepaskan tombak dari besi tajam untuk menahan diri dari peperangan.
Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara