Membantik dilakukan untuk mengisi waktu luang bercocok tanam setelah panen, sekaligus kegiatan religius. Karena kegiatan membatik ini dimaksudkan untuk menghormati nenek moyang.
Nenek moyang hidup berkelompok dan sepakat untuk hidup secara bersama dan gotong royong. Mereka memilih seorang pemimpin yang dianggap dapat melindungi masyarakt dari berbagai gangguan teermasuk roh.
Cara pemilihan pemimpin disebut primus interpares, yaitu terutama di antara yang banyak. Sehingga seorang pemimpin adalah yang terbaik bagi mereka bersama.
Kebutuhan hidup menuntur untuk dipenuhi. Untuk memenuhinya, masyarakat kuno saling bertukar barang dari satu wilayah ke wilayah lain.
Dalam hal perdagangan, nenek moyang sudah melaksanakan kegiatan barter karena belum mengenal uang. Nilai besaran barter bergantung pada kesepakatan bersama.
Baca juga: Mengapa Zaman Paleozoikum Belum Terdapat Manusia Purba?
Sitem kepercayaan masyarakat Indonesia mulai tumbuh pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini terlihat dari lukisan dinding gua yang ditemukan di Sulawesi Selatan.
Lukisan berbentuk cap tangan merah dengan jari-jari direntangkan. Lukisan tersebut kemudian diartikan sebagai simbol perlindungan untuk mencegah roh jahat. Manusia pada zaman bercocok tanam percaya bahwa adanya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan lainnya sebagai bentuk adanya dewa.
Pada zaman perundagian, masyarakat sudah percaya kepada roh nenek moyang. Di mana roh dan jiwa nenek moyang berdiam di batu besar, pohon besar, dan sebagainya. Kepercayan tersebut diwariskan kepada kita hingga sekarang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.