Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siti Walidah: Tokoh Penggerak Pendidikan Perempuan

Kompas.com - 08/03/2020, 18:30 WIB
Ari Welianto

Penulis

Siti Walidah, ingin mengantarkan kaum ibu-ibu tidak hanya cerdas dalam agama. Tapi cerdas berhubungan dengan manusia dan lingkungan sekitar.

Perkembangan Sopo Tresno semakin pesat, kemudian diusulkan menjadi organisasi yang lebih bagus dan berkembang.

Pada 21 April 1917, Sopo Tresno menjadi organisasi bernama Aisyiyah. Penamaan Aisyiah merujuk kepada istri Nabi Muhammad SAW, yakni Aisyiah bin Abu Bakar.

Di mana Aisyiyah sebagai simbol perempuan cerdas, intelek, dan dianggaop cocok mewakili napas perjuangan bagi kaum perempuan dalam bidang pendidikan.

Baca juga: Biografi Samanhudi, Pahlawan dan Pedagang Batik

Aisyiyah memperjuangkan kesetaraan bagi setiap kelompok manusia tanpa pandang kasta atau status sosialnya. Lama kelamaan, pengajian ini menyebar sampai ke pelosok Indonesia.

Dengan Aisyiyah, Siti Walidah berharap semakin banyak kaum perempuan bisa mendapatkan berbagai nilai manfaat.

Aisyiah sebagai bentuk kepedulian Siti Walidah bagi sesama khususnya perempuan. Karena perempuan harus memberikan keteladanan kepada masyarakat.

Mendirikan sekolah

Keberadaan Aisyiyah semakin mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Aisyiah pun semakin menyempurnakan amal usaha untuk melayani dan mendidik masyarakat.

  • Pada 1919, Aisyiyah mendirikan sekolah taman anak-anak pertama di Indonesia dengan nama Frobel.
  • Pada 1923, membuat program memberantas buta huruf pertama di Indonesia, baik huruf arab maupau latin.
  • Pada 1928, memelopori Kongres Wanita Pertama.
  • Mendirikan sekolah dasar untuk perempuan dengan nama Volk School (sekolah dasar tiga tahun).
  • Meningkatkan pengetahuan dan mendorong partisipasi perempuan dalam dunia publik.

Dilansir situs www.aisyiyah.or.id, semasa aktif di ‘Aisyiyah, Siti Walidah dikenal sebagai tokoh perempuan yang memiliki pergaulan luas dan terlibat di ranah publik.

Baca juga: Lahirkan Banyak Pahlawan Nasional, Gowa Jadi Suri Teladan Daerah Lain

Ia pernah diundang dalam sidang Ulama Solo yang bertempat di Serambi Masjid Besar Keraton Surakarta yang notabene pesertanya adalah kaum laki-laki.

Ia juga berpidato dihadapan kongres pada kongres ‘Aisyiyah ke-15 yang berlangsung di Surabaya pada 1926.

Pada kongres tersebut diwartakan di beberapa harian Surabaya seperti Pewarta Surabaya dan Sin Tit Po yang memprovokasi kaum isteri Tionghoa agar berkemajuan seperti yang dipraktekkan warga ‘Aisyiyah.

Siti Walidah meninggal pada 31 Mei 1946 dan dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta

Nyai Ahmad Dahlan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Suharto sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 042/TK/1971.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com