Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelangi: Proses Terjadinya dan Jenis-jenisnya

Kompas.com - 11/12/2019, 11:42 WIB
Ari Welianto

Penulis

Busur sekunder, bila terlihat di luar busur utama dan dengan urutan warna yang terbalik.

Ini diproduksi oleh cahaya yang telah dipantulkan dari dua titik berbeda di belakang drop sebelum muncul ke udara.

Pelangi tingkat tinggi sangat lemah, sehingga jarang terlihat. Cahaya bisa tercermin lebih dari sekali.

Baca juga: Pesona Bukit Pelangi Kelabba Maja, Dipercaya sebagai Lokasi Berdiamnya Para Dewa

Sinar keluar dari pusatnya pada sudut 50 derajat untuk warna merah, efek ini menghasilkan pelangi sekunder yang warnanya terbalik dibandingkan dengan primer.

Sekunder memiliki 43 persen total kecerahannya dari yang utama, namun kecerahan permukaannya lebih rendah karena cahaya yang disebarkan di atas sudut yang lebih tinggi.

Primer dan sekunder bersifat konsentris. Pelangi bukanlah hanya serangkaian cincin berwarna.

Langit di dalamnya terang karena tetesan air hujan, sinar cahaya yang menjalani refleksi di tetesan hujan

Area antara primer dan sekunder lebih gelap dari langit sekitarnya yang disebut “Alexander’s dark band”.

Dalam kasus lain Zona Alexander tampak gelap karena tidak ada sumber cahaya yang tersebar di sudutnya.

Baca juga: Datang ke Festival Teluk Jailolo, Jangan Lupa Jelajahi Indahnya Pantai Tanjung Rappa Pelangi

Supernumerary bows

Pelangi jenis ini biasanya punya warna hijau, merah muda, dan ungu yang dominan.

Supernumerary bows terjadi ketika terkena tetesan air hujan terkena pelangi utama dengan ukuran kecil dan seragam. Jumlah dan jaraknya dapat berubah dari menit ke menit.

Lunar rainbow

Pelangi tidak hanya disebabkan oleh matahari, juga bisa terjadi karena bulan. Ini dinamakan lunar rainbow.

Pelangi hanya membutuhkan tetesan air dan sumber cahaya.

Bulan purnama bisa memiliki cahaya yang cukup terang. Cahaya ini dapat dibiaskan oleh tetesan hujan seperti yang terjadi pada matahari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com