Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pola Pengembangan Teks Eksplanasi: Kronologis dan Kausalitas

Oleh: Ranem, Guru SMPN 1 Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

KOMPAS.com - Banyak peristiwa sehari-hari yang dapat diuraikan secara kronologis atau kausalitas.

Fenomena alam seperti meletunya Gunung Semeru yang tiba-tiba, merupakan salah satu contoh peristiwa yang dapat diuraikan secara kronologis berdasarkan urutan peristiwa demi peristiwa.

Mulai dari semburan larva panas, alirannya yang menutup beberapa desa di sekitar lereng gunung, sampai dampak penanganan pasca gunung meletus.

Peristiwa tersebut juga dapat diuraikan secara kausalitas, yang diawali dengan letusan yang tiba-tiba sehingga menyebabkan kepanikan warga, rusaknya alam sekitar gunung, tertimbunnya rumah-rumah hingga korban, baik yang dapat diselamatkan maupun yang tidak dapat diselamatkan.

Pola pengembangan teks eksplanasi 

Pola pengembangan teks merupakan pengembangan paragraf yang disusun dari beberapa kalimat runtut sehingga membentuk sebuah gagasan utuh yang jelas.

Teks yang berisi rangkaian peristiwa fenomena alam yang diuraikan secara konologis atau kausalitas disebut teks eksplanasi.

Teks eksplanasi memiliki ciri-ciri terdiri atas paragraf-paragraf. Setiap paragraf mengandung sebuah topik yang berupa fakta-fakta. Fakta tersebut dirangkai dengan pola kronologis atau kausalitas. 

Dalam buku Jenis-Jenis Teks (2019) oleh Kosasih dan Kurniawan, berdasarkan pola pengembangannya, secara umum teks eksplanasi terbagi menjadi dua, yaitu: 

Pola kronologis (proses) 

Teks eksplanasi yang disusun berdasarkan urutan waktu yang menjelaskan proses terjadinya fenomena atau bagaimana urutan kejadian suatu peristiwa. 

Pola kausalitas (sebab akibat)

Teks yang disusun berdasarkan hubungan sebab akibat yang menjelaskan mengapa atau bagaimana sebuah fenomena terjadi. 

Selain fenomena alam, masalah sosial, budaya, politik, ekonomi juga dapat disajikan dalam bentuk teks eksplanasi.

Gagasan umum teks eksplanasi

Setiap paragraf teks eksplanasi mengandung gagasan pokok atau ide pokok. Letak gagasan pokok dapat di awal paragraf (paragraf deduktif) atau di akhir paragraf (paragraf induktif).

Gagasan pokok demi gagasan pokok apabila disatukan akan menjadi ringkasan atau rangkuman teks eksplanasi. Penyusunan ringkasan tentu harus menggunakan kalimat-kalimat sendiri.

Dalam paparannya, teks eksplanasi merupakan jawaban dari dua pertanyaan mendasar, yaitu mengapa dan bagaimana.

Teks eksplanasi yang merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa adalah teks yang diuraikan secara kausalitas. Sementara teks eksplanasi yang merupakan jawaban dari pertanyaan bagaimana merupakan teks yang diuraikan secara kronologis.

Kedua pola pengembangan ini dapat divariasikan penyusunannya, bisa saling melengkapi dan dapat diselingi dengan pola definisi, ilustrasi, serta umum-khusus.

Struktur dan kaidah kebahasaan teks eksplanasi

Teks eksplanasi memiliki struktur teks yang diawali dengan identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan. Identifikasi fenomena merupakan peristiwa yang akan diuraikan.

Rincian dari setiap peristiwa atau kejadian dikategorikan sebagai rangkaian kejadian. Di bagian akhir teks merupakan ulasan yang berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas peristiwa yang dipaparkan sebelumnya. 

Teks eksplanasi memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut:

Menulis teks eksplanasi

Langkah-langkah menulis teks eksplanasi adalah sebagai berikut:

  1. Menentukan topik atau peristiwa yang menarik, aktual, dan dikuasai untuk dipaparkan.
  2. Menyusun kerangka teks dengan perincian yang lebih spesifik yang disusun secara kronologis atau kausalitas. 
  3. Mengumpulkan data, fakta, dan pendapat para ahli sebagai bahan atau sumber menulis teks.
  4. Mengembangkan kerangka secara utuh dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan teks eksplanasi.
  5. Menyunting teks untuk memastikan bahwa teks tidak terdapat kesalahan.

Contoh teks eksplanasi

Akhir tahun 2021, bencana alam terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Di awal Desember, letusan Gunung Semeru mengagetkan seluruh warga Indonesia. Peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai guguran awan panas mengarah ke Kabupaten Lumajang Jawa Timur.

Siaran pers BNPB, kronologi kejadian yang diamati dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

BNPB Kabupaten Lumajang mengeluarkan imbauan supaya warga tidak melakukan aktivitas di sekitar aliran Sunagi Mujur. Dari Pos pengamatan Gunung Api, getaran banjir lahar atau awan panas tercatat mulai 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

Teks tersebut merupakan contoh bagian awal teks eksplanasi yang dikembangkan secara kronologis. Fakta-fakta yang ditampilkan disertai keterangan waktu.

Kata teknis yang berhubungan dengan topik yang dibicarakan terlihat pada penggunaan kata aktivitas vulkanik, Pos Pengamatan Gunung Api, guguran awan panas, amplitudo.

Uraian tersebut dapat dikombinasikan dengan pola kausalitas. Kronologi meletusnya Gunung Semeru menimbulkan dampak yang luar biasa pada lingkungan dan warga sekitar Gunung Semeru.

Apabila diselidiki lebih jauh, maka meletusnya Gunung Semeru yang tiba-tiba, kemungkinan juga dapat diketahui penyebabnya.

Hubungan sebab akibat atas peristiwa meletusnya Gunung Semeru dalam kombinasi pola kronologis dan kausalitas dalam teks eksplanasi akan memperjelas informasi yang disampaikan dalam teks. Pola pengembangan yang dominan akan menjadi penentu jenis pengembangan teks tersebut. 

https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/23/080000569/pola-pengembangan-teks-eksplanasi--kronologis-dan-kausalitas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke