Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa itu Fenomena Aphelion?

KOMPAS.com – Bumi bergerak dalam orbit, mengelilingi Matahari sebagai pusat Tata Surya. Orbit Bumi mengelilingi Matahari tidaklah berbentuk lingkarang sempurna, melainkan berbentuk elips atau lonjong. Bentuk orbit yang elips, membuat Bumi mengelilingi Matahari dalam kurva yang miring.

Hal tersebut membuat Bumi memiliki jarak paling dekat dan jarak paling jauh dari Matahari. Dilansir dari NASA Science, jarak terdekat Bumi dan Matahari adalah 147,5 juta kilometer dan disebut dengan perihelion.

Adapun jarak terbesar antara Bumi dan Matahari adalah 152,6 juta kilometer dan disebut dengan aphelion.

Sehingga fenomena aphelion adalah titik di mana Bumi berada paling jauh dengan Matahari. Fenomena aphelion terjadi satu kali setiap orbit bumi mengelilingi matahari (satu revolusi). Yang berti fenomena aphelion terjadi setiap tahun sekali.

Dilansir dari Space, pada tahun 2021 fenomena aphelion terjadi di Bumi bertepatan pada hari Senin, 5 Juli 2021 pada pukul 18.27 EDT (15:27 PDT/22:27 UTC).

Dengan perbedaan waktu daerah di Bumi, berarti di Indonesia fenomena aphelion terjadi pada hari Selasa, 6 Juli 2021 pukul 0.27 WIB atau 06.27 WITA, atau 07.27 WIT.

Fenomena aphelion

Fenomena aphelion bukanlah fenomena penampakan benda langit yang bisa dilihat, sehingga tidak ada perubahan yang terlihat di langit.

Bumi hanya akan berada di posisi orbit paling jauhnya dari Matahari. Namun hal tersebut tidak berarti suhu di bumi akan menjadi lebih dingin.

Dilansir dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, secara umum tidak ada dampak signifikan di bumi, termasuk suhu dingin yang dirasakan akhir-akhir ini juga bukan karena Matahari dan Bumi berjauhan. Suhu dingin yang dirasakan adalah efek dari musim kemarau.

Saat musim kemarau, awan dilangit lebih sedikit. Hal tersebut membuat Bumi tidak memantulkan panas yang diserap pada siang dan malam hari saat pagi.

Sehingga udara pagi akan terasa lebih dingin dari biasanya. Suhu dingin juga disebabkan oleh angin musim dingin daerah selatan yang bertiup ke arah Indonesia.

Faktanya Bumi mengalami kenaikan suhu sekitar 2,3° C ketika fenomena aphelion terjadi. Hal tersebut terjadi karena saat fenomena aphelion terjadi, Matahari tepat menyinari belahan bumi utara yang berisi lebih banyak daratan daripada lautan.

Dilansir dari NASA Science, pemanasan Matahari meningkatkan suhu benua lebih dari air karena kapasitas panas tanah lebih rendah.

Inilah yang menyebabkan bumi lebih panas saat aphelion padahal intensitas sinar Matahari sedikit berkurang dibanding saat perihelion.

Kebalikannya terjadi, saat perihelion intensitas sinar matahari bertambah. Namun bagian yang tepat menghadap Matahari kebanyakan adalah laut, sehingga panas lebih banyak disimpan oleh air laut.

Saat fenomena apehelion terjadi, bumi bergerak dengan kecepatan yang lebih lambat. Hal tersebut membuat musim panas di benua utara dua hingga tiga hari lebih lama dibanding musim panas di daerah selatan.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/07/132123469/apa-itu-fenomena-aphelion

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke