Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sebut Mayoritas Pekerja "Shift" Malam Alami Gangguan Tidur

Kompas.com - 18/12/2023, 12:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru mengungkapkan, mayoritas pekerja shift malam mengalami gangguan tidur.

Mereka kemungkinan besar menderita beberapa jenis gangguan tidur, seperti insomnia.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Bekerja Shift Malam Tingkatkan Risiko Keguguran

Hasil ini didapat setelah peneliti dari Belanda dan Belgia mengumpulkan data kerja dan tidur dari 37.662 orang.

Peneliti kemudian membagi mereka menjadi beberapa kelompok berdasarkan jadwal kerja siang atau malam.

Selanjutnya ada enam kategori gangguan tidur yang umum diteliti dalam survei.

Kategori itu adalah insomnia, hipersomnia (kantuk berlebihan di siang hari), parasomnia (gerakan atau mimpi tidak normal), gangguan pernapasan terkait tidur, gangguan gerakan terkait tidur, dan gangguan ritme sirkadian tidur-bangun.

"Kami menemukan pekerja yang bekerja pada shift malam secara bergilir dan teratur dikaitkan dengan kejadian gangguan tidur yang lebih tinggi dibandingkan shift reguler di siang hari," ungkap Marike Lancel, ilmuwan tidur dari University of Groningen, Belanda.

Baca juga: Peneliti Ungkap Efek Memakai Masker Mata Saat Tidur

Seperti dikutip Science Alert, Selasa (12/12/2023), sebanyak 51 persen orang yang bekerja malam mendapat hasil positif untuk setidaknya satu gangguan tidur.

Sementara lebih dari seperempat (26 persen) pekerja reguler malam melaporkan mengalami dua atau lebih gangguan tidur.

Dari keseluruhan penelitian, dengan menggabungkan semua jadwal kerja, setidaknya 1 dari 3 orang memiliki satu gangguan tidur.

Faktor lain gangguan tidur

Dalam studi ini, tim juga melakukan pengelompokan hasil berdasarkan faktor demografi tertentu.

Gangguan tidur lebih sering terjadi pada wanita, meskipun pria cenderung tidur lebih sedikit.

Sedangkan orang yang berusia 30 tahun ke bawah lebih mungkin mengalami gangguan tidur meski rata-rata orang yang lebih tua mempunyai waktu tidur yang lebih sedikit.

Faktor pendidikan juga diperhitungkan.

Tampaknya kaum muda dan berpendidikan rendah rentan terhadap gangguan pola tidur dan bangun yang berhubungan dengan gangguan tidur.

“Efek kerja shift terhadap tidur paling menonjol terjadi pada orang dewasa muda dengan pendidikan rendah,” kata Lancel.

Baca juga: Kurang Tidur Picu Risiko Diabetes pada Wanita, Kok Bisa?

Namun, itu didasarkan pada pelaporan mandiri, bukan analisis tidur yang dilakukan di laboratorium.

Jam kerja yang tidak teratur, terutama di malam hari, telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk diabetes, kanker, dan depresi.

Peneliti mengakui betapa masyarakat modern bergantung pada kerja malam, tetapi mereka mengingatkan pula supaya perusahaan lebih memperhatikan dampak kesehatan yang dapat terjadi pada pekerja di shift ini.

"Penggiliran jadwal kerja umumnya disarankan dengan periode kerja malam sesingkat mungkin dan banyak hari istirahat di antaranya untuk memulihkan akumulasi defisit tidur," tulis para peneliti dalam makalah yang dipublikasikan di Frontiers in Psychiatry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com