KOMPAS.com - Niobium merupakan unsur yang memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai campuran dalam berbagai jenis paduan logam termasuk antikarat dalam industri.
Akan tetapi, seiring dengan tingginya penggunaan unsur langka niobium ini, apakah ada risiko paparan berbahaya terhadap kesehatan manusia?
Dilansir dari laman resmi PubChem, United States National Library of Medicine, niobium diketahui berpotensi menyebabkan iritasi kulit.
Niobium pernah diduga terkait dengan terjadinya tumor, namun unsur ini tidak bersifat mutagenik atau menyebabkan mutasi atau kelainan gen.
Baca juga: Apa Saja Bahaya Abu Vulkanik dari Gunung Berapi?
Kendati demikian, paparan unsur niobium relatif tidak beracun dan tidak bahaya bagi kesehatan manusia.
Sementara itu, dikutip dari laporan Critical Mineral Resources of the United States (2017), paparan unsur langka ini terhadap manusia tidak berbahaya bagi kesehatan.
Sifat niobium ini diketahui mirip dengan unsur tantalum, yakni unsur yang sering ditemukan bersamaan dengan niobium dalam mineral-mineral alam lainnya.
Saat ini, detail sifat biologis unsur niobium masih terbatas, namun paparan unsur tantalum ke dalam tubuh manusia biasanya akan langsung dikeluarkan melalui sistem ekskresi. Ini mengindikasikan paparan niobium dapat mengalami hal yang sama.
Baca juga: Apa Saja Bahaya Seks Anal bagi Kesehatan?
Dr. Sulaksana, ahli metalurgi dan dosen di Universitas Gunadarma, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/10/2023), menyebutkan, paparan unsur niobium dalam kondisi normal, relatif tidak berbahaya bagi tubuh manusia dan tidak diketahui mengindikasikan dampak negatif kesehatan yang signifikan.
Kendati demikian, faktor-faktor lain seperti bentuk, durasi, dan dosis paparan dapat memengaruhi dampaknya.
Maka itu, penanganan terhadap orang yang terkena paparan unsur niobium ini tetap harus dilakukan sesuai ketentuan penggunaan bahan kimia agar dapat mencegah potensi buruk terhadap kesehatan manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.