Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuda Nil Hewan Menakutkan tapi Pengunyah yang Buruk, Ini Alasannya

Kompas.com - 19/10/2023, 19:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Tim juga mengukur ciri fisik dari 86 tengkorak kuda nil biasa dan 21 tengkorak kuda nil kerdil yang ada di koleksi museum.

Termasuk di antaranya menganalisis jarak dan susunan gigi, serta menguji rentang rahang dari sisi ke sisi dari tengkorak tersebut dan mengukur tempat di mana gigi tersebut dipakai.

Tim menemukan bahwa gigi seri atas dan bawah kuda nil yang panjang seperti tombak, bersilangan dan saling bertautan saat rahang bawah menutup sehingga membatasi gigi belakang untuk mengunyah ke atas dan ke bawah.

Namun kuda nil masih mencoba menggerakkan rahang dari sisi ke sisi saat mengunyah.

Hanya saja, gigi kuda nil ini membentur moncongnya sehingga hanya sedikit makanan yang bisa terdistribusikan ke bagian samping rahang.

Baca juga: Kuda Nil Berasal dari Mana?

Cara mengunyah yang kurang efisien ini bisa menimbulkan konsekuensi. Kuda nil menjadi tidak bisa mengolah makanan menjadi potongan-potongan yang sangat kecil sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna.

"Jika makanan harus bertahan lebih lama di usus, berarti hewan tidak bisa makan lebih banyak dengan cepat. Oleh karena itu kuda nil termasuk mamalia herbivora yang memiliki ciri asupan makanan yang relatif rendah," jelas Clauss.

Asupan makanan mereka yang relatif rendah dapat menempatkan kuda nil pada posisi yang tidak menguntungkan dibandingkan hewan herbivora ruminansia lain yang lebih efisien mengunyah seperti antelop.

Ketidakmampuan untuk bersaing dengan spesies yang hidup di darat untuk mendapatkan makanan yang cukup mungkin membuat kuda nil tetap tinggal di perairan Afrika yang merupakan rumah bagi hewan semiakuatik.

Studi tentang kuda nil sebagai hewan pengunyah yang buruk ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE.

Baca juga: Mengapa Kuda Nil Marah Saat Melihat Manusia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com