Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2023, 12:30 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seseorang akan menangis dan mengeluarkan air mata saat bersedih, menonton adegan menyentuh di film, atau sekedar ketika mengiris bawang.

Namun pernahkah bertanya-tanya terbuat dari apakah air mata itu?

Dikutip dari Live Science, Minggu (27/8/2023) Daniela Oehring, profesor optometri di Universitas Plymouth di Inggris menjelaskan, ternyata ada tiga jenis air mata dengan komposisi berbeda-beda.

Anda mungkin paling akrab dengan air mata emosional yang dikeluarkan orang-orang ketika bersedih setelah patah hati atau gembira lantaran bertemu dengan teman lama.

Baca juga: Mengapa Air Mata Itu Rasanya Asin?

Akan tetapi, manusia ternyata menghasilkan dua jenis air mata lainnya.

Jenis pertama adalah air mata basal yang melindungi mata, memasok nutrisi ke jaringan dan membuang kotoran.

Lalu, jenis kedua adalah air mata refleks yang dihasilkan sebagai respons terhadap iritasi, seperti asap atau bahan kimia yang dilepaskan saat seseorang memotong bawang.

Kandungan air mata

Air mata basal memiliki banyak ion garam dan elektrolit lainnya, serta protein dengan sifat antimikroba.

Protein tersebut antara lain lipocalin, yang mengikat dan mengganggu senyawa tertentu pada mikroba, dan lisozim, enzim yang membunuh bakteri dengan cara menghancurkan dinding selnya.

Sebaliknya, air mata refleks dan emosional memiliki kandungan air yang lebih tinggi, serta konsentrasi lemak dan protein yang lebih rendah, dibandingkan air mata basal.

Baca juga: Apakah Kita Bisa Kehabisan Air Mata?

Beberapa ilmuwan telah melaporkan bahwa, dibandingkan dengan air mata refleks, air mata emosional membawa konsentrasi hormon yang lebih tinggi yang biasanya dilepaskan ketika tubuh sedang stres.

Setelah dibuat, semua air mata ini ditambahkan ke lapisan tipis yang menutupi dan memberi nutrisi pada kornea, jaringan transparan di bagian depan mata.

Film air mata ini memiliki tiga lapisan berbeda. Di bagian luar terdapat lapisan berminyak yang diproduksi oleh kelenjar meibom di kelopak mata yang mencegah mata mengering.

Baca juga: Kena Gas Air Mata Saat Demo UU Cipta Kerja, Apa Saja Efeknya?

 

 

Lapisan berikutnya berair dan melumasi mata; itu sebagian besar dibuat oleh kelenjar lakrimal, yang juga menambahkan protein, oksigen dan elektrolit.

Sedangkan lapisan dalam, yang paling dekat dengan permukaan kornea, mengandung protein mirip lendir yang disebut musin, yang membantu lapisan air mata menempel pada permukaan mata.

Menurut Oehring, rata-rata orang memproduksi sekitar 1 hingga 4 mikroliter air mata per menit – atau sekitar 1,44 hingga 5,76 mililiter per hari.

Ini terutama merupakan air mata basal, yang terus-menerus keluar, bukan air mata emosional dan refleks yang dihasilkan sebagai respons terhadap rangsangan. Namun, volume ini bisa sangat bervariasi tergantung aktivitas seseorang.

“Jika Anda mengendarai sepeda, misalnya. Anda terkena banyak udara, sehingga Anda memiliki tingkat penguapan yang tinggi dan produksi air mata Anda berubah,” katanya.

Baca juga: Air Mata Burung dan Reptil Ternyata Mirip Manusia, Ini Kandungannya

Mata kering

Jika kuantitas atau kualitas air mata menurun, sehingga menyebabkan mata tidak bisa terlumasi, maka Anda mungkin mengalami mata kering.

Banyak faktor yang meningkatkan risiko kondisi umum ini, termasuk merokok, gizi buruk, dan terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk menantap layar komputer atau kurang bekedip.

Seiring bertambahnya usia, seseorang juga menjadi lebih rentan mengalami mata kering, karena kelenjar air mata juga berhenti bekerja.

Beberapa penyakit juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya mata kering, seperti sindrom Sjögren, suatu kondisi autoimun di mana sel kekebalan tubuh merusak kelenjar lakrimal yang melembabkan mata.

Orang dengan sindrom Sjögren bahkan tidak dapat mengeluarkan air mata secara refleks.

“Bahkan jika ada sesuatu yang masuk ke matanya, seperti bulu mata atau semacamnya, kapasitasnya tidak cukup untuk menghasilkan air mata,” tambah Oehring.

Baca juga: 6 Fakta Gas Air Mata, dari Sejarah, Mitos Odol, hingga Efek Bahayanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com