Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Manusia Hanya Menggunakan 10 Persen Otaknya?

Kompas.com - 08/08/2023, 06:30 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Profesor William James yang dianggap sebagai bapak psikologi Amerika mengatakan, rata-rata kemampuan mental manusia hanya berkembang 10 persen.

Gagasan itu kemudian membuat beberapa orang kemudian mengklaim bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari otak mereka.

Apakah benar demikian?

Belum pasti mengenai apa yang diungkapkan oleh James, sehingga tidak dapat disangkal salah atau benarnya.

Namun menurut Erin Hecht, asisten profesor ilmu saraf evolusioner di Universitas Harvard, manusia selalu menggunakan seluruh otaknya.

"Itu hanya mitos yang lucu," kata Julie Fratantoni, seorang ahli saraf kognitif dan kepala operasi untuk The BrainHealth Project di University of Texas di Dallas, seperti dikutip dari Live Science, Senin (7/8/2023).

Ada alasan mengapa William James mengatakan bahwa hanya 10 persen otak manusia yang digunakan. 

Baca juga: Apakah Manusia Bisa Dihidupkan Lagi Setelah Dibekukan?

Bahkan, Fratantoni mengaku tidak yakin apakah 10 persen itu mengacu pada volume otak manusia atau yang lainnya.

"Apakah 10 persen dari metabolisme energi? apakah 10 persen dari aktivitas listrik? apakah itu tingkat oksigenasi darah?," katanya.

Mitos yang begitu meresap itu, membuatnya juga sering mendapatkan pertanyaan yang sama.

Aktivitas otak manusia

Aktivitas otak dan jantung saat tubuh beristirahat hampir sama.

Jantung terus memompa meskipun tidak bekerja secara maksimal. Demikian pula seluruh otak dan sel-selnya yang disebut neuron, selalu aktif meski hanya pada tingkat dasar.

"Neuron harus aktif pada semacam tingkat dasar untuk menjaga mereka tetap sehat," papar Hecht.

Lantas, bagaimana cara mengetahui bagian otak mana yang aktif?

Alat terbaik yang ada saat ini dapat digunakan untuk melihat aktivitas otak manusia adalah dengan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI). Teknik tersebut mengharuskan seseorang untuk berbaring di pemindai seperti tabung sambil merespon rangsangan yang berbeda.

Baca juga: Apakah Manusia Purba Sudah Memakai Perhiasan?

ilustrasi otak, berpikirPIXABAY/GERALT ilustrasi otak, berpikir

Pemindai mengukur perubahan aliran darah di otak yang menunjukkan peningkatan penggunaan energi di berbagai wilayah.

"Idenya adalah bahwa bagian otak yang menerima lebih banyak darah membakar lebih banyak energi, dan oleh karena itu, secara fungsional lebih terlibat dengan apa pun yang Anda pikirkan," kata Hecht.

Melatih otak manusia

Saat seseorang melatih suatu ketrampilan, otak berubah dalam beberapa cara yang dapat diamati. Pertama, jaringan otak yang terkait dengan wilayah ketrampilan itu membesar secara fisik.

Hecht mengatakan para peneliti berhipotesis pertumbuhan ini mungkin berasal dari neuron yang bercabang untuk terhubung dengan neuron tetangga, atau dari peningkatan vaskularisasi yang akan memfasilitasi lebih banyak aliran darah.

Pada saat yang sama, semakin terlatih otak karena suatu ketrampilan, semakin efisien dan semakin energi yang dibutuhkan.

"Ketika Anda menjadi lebih mahir dalam sesuatu yang dipelajari, lebih sedikit otak yang aktif," papar Hecht.

Baca juga: Apakah Manusia Menularkan Covid-19 ke Hewan Liar? Ini Temuan Ahli

Selain itu energi mental atau upaya sadar yang dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu tugas adalah cara lain yang efektif bagi individu untuk mengukur penggunaan otak pribadi mereka.

Namun karena seseorang tidak dapat menguji energi mental secara ilmiah, metrik ini bisa jadi subjektivitas.

"Apa yang dapat dilakukan untuk mencapai lebih banyak potensi penuh adalah rajin melatih ketrampilan apa pun yang Anda kembangkan," tutur Hecht.

Pada akhirnya, gagasan menggunakan 10 persen otak tidak hanya salah, tetapi juga tidak relevan.

Hecht menyebutkan bahwa setelah cedera atau stroke yang melemahkan, beberapa orang dapat memperkuat kembali kemampuannya.

Otak yang luar biasa plastis dapat memperbaiki dirinya sendiri ketika suatu wilayah hilang atau rusak, jadi apa yang terdiri dari 100 persen dapat berubah.

Bahkan dengan sebagian otak yang terluka atau diangkat, setiap pikiran dapat menemukan cara untuk bekerja dengan kapasitas penuhnya.

Baca juga: Apakah Manusia Bisa Menggerakkan Telinganya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com