Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transplantasi Ginjal, Terapi Ideal untuk Ganti Ginjal yang Rusak

Kompas.com - 26/07/2023, 14:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Ginjal yang sehat menjalankan banyak fungsi penting. Salah satu fungsinya adalah membuang limbah dan cairan ekstra dari tubuh.

Selain itu, ginjal juga membuang asam yang diproduksi oleh sel-sel tubuh dan menjaga keseimbangan air, garam, serta mineral yang normal dalam darah. Tanpa keseimbangan ini, saraf, otot, dan jaringan lain di tubuh mungkin tidak berfungsi dengan normal.

Ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, limbah berbahaya akan menumpuk di tubuh, tekanan darah naik, dan tubuh menampung cairan yang menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki hingga sesak napas karena adanya air di paru-paru.

Masalah ginjal yang berlanjut, pada akhirnya, dapat menyebabkan gagal ginjal. Jika demikian, pasien membutuhkan terapi tertentu untuk bertahan hidup.

Baca juga: Seperti Apa Batu Ginjal Terbesar di Dunia?

Apa itu transplantasi ginjal?

Dalam webinar bersama Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Rabu (26/7/2023), Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, Sp.PD, KGH, Ketua Perhimpunan Transplantasi Indonesia, menjelaskan, ada beberapa terapi pengganti ginjal, yakni hemodialisis (HD), continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal.

Melansir National Kidney Foundation, transplantasi ginjal adalah terapi dengan menempatkan ginjal yang sehat di dalam tubuh untuk menjalankan fungsi yang tidak dapat dilakukan oleh ginjal yang rusak.

Oleh sebab itu, menurut dr. Maruhum, transplantasi ginjal merupakan terapi yang ideal karena fungsi ginjal yang rusak digantikan oleh ginjal yang disumbangkan.

Meski mendapatkan ginjal yang sehat dari donor, ginjal yang sudah tidak berfungsi pada pasien gagal ginjal tidak dibuang.

Baca juga: Apa yang Membentuk Batu Ginjal?

Ginjal lama akan dibuang jika menimbulkan infeksi berulang, kanker ginjal, atau ginjal polikistik yang besar hingga menimbulkan tekanan pada organ lain.

Manfaat dan risiko transplantasi ginjal

Ada beberapa manfaat dan risiko dari terapi transplantasi ginjal. Berdasarkan pemaparan dr. Maruhum, berikut adalah keuntungan transplantasi ginjal:

  • Peningkatan usia dan kualitas hidup
  • Hemat waktu
  • Bebas rekreasi
  • Makan dan minum lebih bebas
  • Memperbaiki kesuburan, khususnya perempuan

Sementara itu, berikut adalah kemungkinan risiko transplantasi ginjal:

  • Minum obat seumur hidup
  • Risiko infeksi
  • Penolakan/rejeksi ginjal
  • Kanker
  • Diabetes
  • Komplikasi operasi lainnya

Baca juga: Apa Saja Gejala Ginjal yang Tidak Sehat?

Siapa saja yang boleh menjalani transplantasi ginjal?

dr. Maruhum mengatakan, kandidat penerima transplantasi ginjal adalah pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA), baik yang sudah atau belum menjalani dialisis.

Lebih lanjut, menurut National Health Service (NHS) Blood and Transplant, berikut adalah kriteria pasien yang dapat menjalani transplantasi ginjal:

  • Mengidap penyakit ginjal jangka panjang
  • Harus cukup sehat untuk menjalani operasi besar
  • Transplantasi harus memiliki peluang sukses yang besar
  • Harus dapat meminum obat-obatan harian yang dibutuhkan setelah transplantasi ginjal

Sebelum prosedur transplantasi, tim dokter dengan resipien akan berdiskusi untuk persiapan dan pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan kesiapan, kesehatan, dan kecocokan dengan donor.

Baca juga: Benarkah Air Kelapa Bisa Mencegah Batu Ginjal?

Siapa yang boleh menjadi donor ginjal?

dr. Maruhum menegaskan bahwa donor ginjal adalah orang sehat yang memberikan salah satu ginjalnya dengan sukarela, tanpa paksaan, dan tidak dibayar.

Selain itu, donor harus berusia 18-60 tahun dan dalam kondisi sehat jasmani, rohani, dan mental. Ada beberapa kondisi medis yang dapat mencegah seseorang menjadi donor ginjal, seperti memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes, kanker, HIV, hepatitis, atau infeksi akut.

Untuk memastikan kesiapan dan kesehatan donor. Tim dokter akan melakukan skrining donor yang mencakup:

  • Darah lengkap, golongan darah, cross match, dan rhesus
  • Tissue typing, HLA dengan 6 tipe
  • Fungsi ginjal
  • Fungsi hati
  • Infeksi virus
  • Rontgen/foto dada
  • Elektrokardiografi dan ekokardiografi
  • USG abdomen, BNO-IVP, dan CT Scan pembuluh darah ginjal
  • Penilaian psikiatri

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Ginjal Tidak Berfungsi?

Perawatan setelah transplantasi ginjal

dr. Maruhum menjelaskan bahwa setelah menjalani transplantasi ginjal, pasien masih harus mendapat perawatan di rumah sakit, umumnya selama 1 minggu, hingga kondisinya stabil.

Setelah itu, pasien harus kontrol ke dokter secara rutin untuk mengevaluasi kondisinya seiring waktu.

Pasien pun harus mengonsumsi obat imunosupresan, obat untuk menekan imunitas agar ginjal baru tidak diserang oleh sistem imun tubuh. Obat ini dikonsumsi sebelum dan setelah transplantasi, yang kemudian dilanjutkan untuk seumur hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com