Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia Saat Berada di Luar Angkasa?

Kompas.com - 18/01/2023, 12:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Sumber NASA

KOMPAS.com - Film-film science fiction kerap menggambarkan astronaut yang berjalan melayang-layang di ruang angkasa, lengkap dengan pakaian dan helmnya. Namun, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh manusia saat berada di luar angkasa?

Selama lebih dari 50 tahun, Human Research Program (HRP) NASA telah mempelajari apa yang terjadi pada tubuh manusia di luar angkasa.

Melalui riset ini, para ilmuwan berusaha memahami efek penerbangan ke luar angkasa pada manusia saat astronot berpindah dari Stasiun Luar Angkasa Internasional yang berada di orbit rendah Bumi ke tujuan luar angkasa di dalam atau di sekitar Bulan dan seterusnya.

Para peneliti menggunakan hasil riset tersebut untuk merancang prosedur, perangkat, dan strategi agar astronaut tetap aman dan sehat selama menjalankan misi.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Menahan Kentut?

Dilansir dari NASA, berikut adalah beberapa hal yang terjadi pada tubuh manusia saat berada di ruang angkasa.

1. Menghadapi medan gravitasi yang berbeda

Astronot akan menghadapi tiga medan gravitasi berbeda saat menjalankan misi Mars. Dalam perjalanan enam bulan antar planet, awaknya tidak akan berbobot. Saat tinggal dan bekerja di Mars, kru akan berada di sekitar sepertiga dari gravitasi Bumi sehingga saat kembali ke Bumi, kru harus beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi.

Transisi dari satu medan gravitasi ke medan gravitasi lainnya lebih sulit daripada yang kita bayangkan. Kondisi ini memengaruhi orientasi spasial, koordinasi kepala-mata dan tangan-mata, keseimbangan, dan penggerak, dengan beberapa anggota awak mengalami mabuk perjalanan luar angkasa.

Mendaratkan pesawat ruang angkasa di Mars bisa menjadi tantangan karena para astronot harus menyesuaikan diri dengan medan gravitasi benda angkasa lain. 

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Manusia Jatuh ke Lubang Hitam?

Saat beralih dari keadaan tanpa bobot ke gravitasi, astronot mungkin mengalami intoleransi ortostatik pascapenerbangan yang menyebabkan mereka tidak dapat mempertahankan tekanan darah saat berdiri sehingga mengakibatkan pusing dan pingsan.

NASA telah mempelajari bahwa tanpa pengaruh gravitasi Bumi pada tubuh manusia, tulang yang menahan beban kehilangan rata-rata 1 persen hingga 1,5 persen kepadatan mineral per bulan selama penerbangan luar angkasa. 

Setelah kembali ke Bumi, keropos tulang mungkin tidak sepenuhnya diperbaiki dengan rehabilitasi, namun risiko patah tulang mereka pun tidak lebih tinggi. Tanpa diet yang tepat dan rutinitas olahraga, astronot juga kehilangan massa otot dalam gayaberat mikro lebih cepat daripada di Bumi.

Selain itu, cairan dalam tubuh bergeser ke atas ke kepala dalam gaya berat mikro, yang dapat menekan mata dan menyebabkan masalah penglihatan. 

Baca juga: Apa yang Terjadi Saat Seseorang Disengat Lebah?

Selain itu, kru mungkin mengalami dehidrasi dan peningkatan ekskresi kalsium dari tulang mereka. Jika tindakan pencegahan atau penanggulangan tidak diterapkan, kru mungkin mengalami peningkatan risiko batu ginjal karena.

2. Rentan terpapar radiasi

Di luar angkasa, astronot terpapar berbagai tingkat radiasi yang berbeda dari yang ada di Bumi. Tiga sumber utama yang berkontribusi terhadap lingkungan radiasi luar angkasa adalah partikel yang terperangkap dalam medan magnet Bumi, partikel energetik matahari dari Matahari, dan sinar kosmik galaksi.

Paparan radiasi yang meningkat dapat dikaitkan dengan efek jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com