Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2022, 11:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Setiap dari kita pasti pernah mengalami muntah. Penyebab muntah ini bisa dikarenakan masalah pencernaan, sedang tidak enak badan, atau keracunan makanan.

Namun, saat kita muntah, beberapa efek mungkin dapat dirasakan beberapa bagian tubuh, termasuk otak.

Dikutip dari Science Alert, Rabu (28/12/2022), para peneliti mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada otak saat kita muntah.

Saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri yang berpotensi berbahaya, maka tubuh akan mengeluarkan racun tersebut dengan cara muntah.

Untuk melihat lebih dekat proses muntah ini, tim peneliti mencoba melacak bagaimana otak meresponsnya, melalui percobaan yang dilakukan pada tikus. Tim melacak proses muntah pada tikus ini dari usus hingga otak.

Baca juga: Apa yang Dilakukan Otak Saat Kita Tidur?

Dalam percobaan ini, anehnya, peneliti menemukan bahwa tikus tidak benar-benar muntah, penyebabnya mungkin karena perbandingan ukuran tubuhnya, atau kerongkongannya yang terlalu panjang dan kekuatan ototnya yang terlalu lemah.

Kendati demikian, tikus ini muntah, yang menjadi tanda yang cukup baik untuk memeriksa sinyal biologis di balik keracunan makanan.

"Mekanisme saraf (saat) muntah mirip dengan muntah," kata ahli saraf Peng Cao, dari National Institute of Biological Sciences di Beijing, China.

Cao menjelaskan bahwa dalam percobaan ini, timnya berhasil membangun paradigma untuk mempelajari muntah yang diinduksi dengan racun pada tikus.

"Dengan ini kami melihat respons pertahanan dari otak terhadap racun pada tingkat molekuler dan seluler," jelasnya.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Setelah Meninggal Dunia? Sains Jelaskan

Kenali gejala dari tumor otak. Otak manusiaUnsplash/Robina Weermeijer Kenali gejala dari tumor otak. Otak manusia

Pengamatan otak tikus saat muntah

Dalam percobaan ini, tikus diberikan sampel toksin bakteri Staphylococcal Enterotoxin A (SEA). Racun bakteri yang menyebabkan penyakit bawaan makanan pada manusia.

Peneliti mengamati tindakan membuka mulut dengan lebar yang tidak biasa pada hewan, serta adanya kontraksi dari diafragma dan otot perut saat tikus muntah.

Melalui proses pelabelan fluoresen, ditunjukkan bahwa SEA di usus tikus ini mengaktifkan pelepasan neurotransmitter serotonin.

Selanjutnya, serotonin memulai proses kimiawi dengan mengirimkan pesan di sepanjang saraf vagus, yakni penghubung utama antara usus dan otak, ke sel spesifik yang dikenal dengan neuron Tac1+DVC yang ada di batang otak.

Baca juga: Apa yang Dialami Tubuh Saat Terpapar Bakteri Salmonella?

Pada saat neuron Tac1+DVC dinonaktifkan secara artifisial oleh para peneliti, maka kejadian muntah ini pun berkurang.

Hal yang sama juga terjadi dengan mual yang diinduksi oleh doxorubicin, yakni obat kemoterapi yang umum digunakan untuk terapi pasien kanker.

“Dengan penelitian ini, kami sekarang dapat lebih memahami mekanisme molekuler dan seluler dari mual dan muntah, yang akan membantu kami mengembangkan pengobatan yang lebih baik,” kata Cao.

Studi yang telah diterbitkan di jurnal Cell ini diharapkan dapat menjadi penelitian yang dapat memberikan lebih banyak wawasan tentang keracunan makanan dan kemoterapi.

Pada akhirnya, studi tentang bagaimana otak merespons muntah ini dapat menjadi penelitian yang dapat mengarah pada obat anti-mual yang lebih baik, khususnya bagi orang-orang yang menjalani kemoterapi.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Setelah Kontak Erat dengan Orang Positif Covid-19?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com