Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cacar Monyet Belum Ditemukan di Indonesia, Bagaimana Kewaspadaan Pemerintah?

Kompas.com - 25/05/2022, 20:30 WIB
Mela Arnani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan belum ada laporan kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia.

Hal ini disampaikan secara resmi oleh Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH.

“Hingga saat ini belum ada kasus (cacar monyet) yang dilaporkan dari Indonesia,” ujar Syahril dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Rabu (25/5/2022).

Syahril menyampaikan, meskipun kasus cacar monyet belum ditemukan, pihaknya tetap melakukan sejumlah kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan di Indonesia.

Kewaspadaan dilakukan dengan memperbarui situasi dan frekuensi question (FAQ) terkait monkeypox. Ini dapat diakses masyarakat melalui laman https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.

Selain itu, telah disiapkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah melalui dinas kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit.

Baca juga: Penularan Cacar Monyet, Inggris Sarankan Kelompok Berisiko Isolasi 21 Hari

Cacar monyet atau monkeypox

Cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis.

Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970.

Penularan melalui kontak erat dengan hewan atau manusia yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi virus.

“Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, Lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan,” papar Syahril.

Baca juga: Mengenal Penyakit Cacar Monyet, dari Gejala hingga Masa Inkubasinya

Masa inkubasi cacar monyet biasanya berlangsung selama 6-16 hari, tapi dapat mencapai 5 sampai 21 hari. Fase awal gejala yang terjadi pada 1-3 hari yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.

Pada fase erupsi atau fase paling infeksius terjadinya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening (blister), lepuh berisi nanah (pustule), kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.

“Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok,” tutur dia.

Baca juga: 7 Upaya Mencegah Hepatitis Akut Misterius, Apa Saja?

Adapun upaya pencegahan untuk masyarakat, jika mengalami gejala demam dan ruam harap memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

"Masyarakat diimbau mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat," jelas Syahril.

Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan cacar monyet menjadi penyakit yang memerlukan perhatian masyarakat global, karena sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara endemis.

“Sebagian kasus berhubungan dengan adanya keikutsertaan pada pertemuan besar yang dapat meningkatkan risiko kontak baik melalui lesi, cairan tubuh, droplet, dan benda yang terkontaminasi,” pungkas Syahril.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com