Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 38 Persen Orang Melewatkan Skrining HIV karena Takut Hasil Positif

Kompas.com - 17/03/2022, 17:30 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah survei yang dilakukan akhir tahun lalu, menemukan bahwa sebanyak 38 persen peserta penelitian dari 11 negara mengaku takut untuk melakukan skrining HIV.

Melalui analisis data yang dikumpulkan dari sejumlah peserta yang melewatkan skrining HIV, disebabkan karena takut hasil pemeriksaannya positif. Adapun survei tersebut dilakukan oleh Roche Diagnostics, pada sekitar 9.240 orang yang dianggap terinformasi terkait isu kesehatan serta melibatkan profesional kesehatan.

"Publik yang terinformasi adalah orang-orang yang telah berinteraksi dengan kasus-kasus kesehatan belakangan ini dan saya pikir ini adalah pendekatan yang unik dan tentu saja menarik untuk pertanyaan seputar diagnostik," ujar Managing Director Roche Diagnostics Asia Pacific, Lance Little dalam webinar, Rabu (15/3/2022).

Baca juga: NIH Luncurkan Uji Klinis Tiga Vaksin HIV mRNA, Apa Saja Vaksinnya?

Selain menganalisis mengenai skrining atau pemeriksaan dini HIV, tim juga menanyakan apakah peserta penelitian pernah melakukan skrining hepatitis. Dalam surveinya, sebanyak 41 persen peserta mengaku tidak melakukan skrining hepatitis. Hal ini juga dikarenakan rasa takut jika mereka didiagnosis terkena hepatits.

Sementara itu, tim peneliti juga menyertakan beberapa indikator yang menjadi penyebab mereka enggan melakukan skrining, baik pada HIV maupun hepatitis, antara lain:

  • Karena kurangnya informasi
  • Biaya tes IVD yang mahal
  • Tidak memiliki waktu
  • Takut hasil pemeriksaannya positif
  • Menganggap tes IVD tidak penting
  • Minimnya asuransi kesehatan
  • Fobia
  • Higga takut terpapar Covid-19

Pada kesempatan yang sama, Penasihat Teknis WHO Wilayah Pasifik Barat untuk Pencegahan dan Pengendalian NCD dan Kanker Serviks, Rohit Sahgal mengatakan bahwa keinginan skrining ataupun kesadaran diri masyarakat terhadap penyakit tampaknya mulai menurun.

Baca juga: 5 Fakta tentang HIV/AIDS

"Beberapa tahun terakhir keinginan skrining, kesadaran diri tentang masalah penyakit kronis dan penyakit tidak menular entah bagaimana berkurang. Masyarakat seharusnya memiliki kesadaran diri," jelas Rohit.

Dia juga menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19, kesadaran diri masyarakat terhadap kesehatan penyakit kronik mulai rendah. Oleh karena itu, menurutnya dibutuhkan upaya untuk membantu masyarakat agar mudah mengakses sistem pelayanan kesehatan.

"Beberapa tahun terakhir selama pandemi, di gelombang kedua (Covid-19), kurangnya skrining dan diagnosis mengartikan banyak orang harus disadarkan kembali," ungkap Rohit.

Ia menambahkan, langkah untuk mengubah perilaku yang lebih sehat di tengah masyarakat terutama kelompok yang rentan sangat penting dilakukan.

Kesadaran akan pentingnya kesehatan

Lance menyebut, dari seluruh peserta penelitian, sebanyak 63 persen menjawab bahwa dirinya menyadari akan pentingnya kesehatan. Mereka juga menganggap pentingnya deteksi dini penyakit.

Baca juga: Varian HIV Baru Ditemukan di Eropa, Seperti Apa?

"Ini mengartikan, (peserta berpikir bahwa) jika saya melakukan beberapa tes yang akan memberi saya beberapa informasi, memungkinkan saya untuk membuat keputusan yang baik tentang kesehatan," paparnya.

Namun demikian, ada beberapa hal yang berkontribusi terkait kesenjangan pemeriksaan kesehatan terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk:

  • Prioritas diagnostik dalam perawatan kesehatan nasional masih rendah
  • Tidak cukup data yang dimiliki
  • Infrastruktur yang tidak memadai, dan mengakibatkan kualitas diagnostik rendah
  • Serta kualitas maupun jaminan keamanan kesehatan yang tidak memadai

Akibatnya, bukan hanya skrining HIV atau hepatitis saja yang dilewatkan oleh masyarakat, tetapi skrining penyakit lain seperti HPV pun terhambat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com