Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Varian AY.4.2 Bukan Pemicu Naiknya Kasus Covid-19 di Inggris

Kompas.com - 15/11/2021, 12:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Varian baru turunan virus corona Delta, yaitu AY.4.2 atau varian Delta Plus yang awalnya berkembang di Inggris kini sudah terdeteksi di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Dikutip dari Kompas.id edisi Jumat (12/11/2021) dalam judul Situasi Covid-19 Nasional Masih Terkendali, Waspada Varian Baru, Safarina G. Malik selaku peneliti senior Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman-BRIN mengatakan bahwa varian AY.4.2 dilaporkan di sejumlah negara tetangga.

"Mengacu data di GISAID, varian AY.4.2 di Asia sudah ditemukan 17 sampel. Israel 6, Bahrain 5, Singapura 3, Malaysia 2, dan Jepang 1," kata Safarina.

Sementara di Indonesia, sejauh ini varian AY.4.2 belum ditemukan dari sampel yang dianalisis menggunakan whole genome sequencing (WGS) atau pengurutan genom menyeluruh.

Baca juga: Sudah Masuk Malaysia, Ini 5 Fakta Covid-19 Varian Delta AY.4.2

Laporan terbaru WGS Indonesia dari Jejaring Surveilans Indonesia menunjukkan, hingga 7 November 2021 Indonesia sudah mendaftarkan 8.578 data genom lengkap SARS-CoV-2 ke GISAID.

Untuk varian turunan Delta atau B.1.617.2, yang ditemukan di Indonesia kebanyakan adalah AY.23 dan AY.24. Berbagai turunan varian Delta ini masih mendominasi virus corona SARS-CoV-2 yang beredar di Indonesia.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (5/11/2021), pemerintah terus memantau dan mewaspadai varian baru AY.4.2 yang menyebabkan lonjakan kasus di Inggris sejak Juli hingga Oktober.

Lantas, benarkan varian AY.4.2 yang menyebabkan kasus di Inggris naik?

Mutasi varian AY.4.2

Dilansir dari Medical News Today, penyebaran Covid-19 yang melonjak di Inggris dikhawatirkan dipicu oleh varian AY.4.2.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris melaporkan, varian AY.4.2 menyumbang 6 persen dari semua sekuens genetik SARS-CoV-2 yang dihitung sejak 27 September 2021.

"AY.4.2 mungkin 10 persen lebih menular dibanding varian Delta asli," menurut Prof. Francois Balloux, direktur Institut Genetika Universitas College London (UCL).

Di sisi lain, Balloux menekankan bahwa untuk saat ini varian AY.4.2 banyak ditemukan di Inggris, sementara di wilayah lain masih langka.

Mutasi pada protein spike

Subvarian baru virus dibedakan oleh dua mutasi pada protein spike atau protein lonjakan, yang disebut Y145H dan A222V.

Namun, tidak ada mutasi dalam domain pengikat reseptor AY.4.2. Domain pengikat reseptor merupakan bagian dari protein spike yang mengikat reseptor tertentu pada sel manusia sehingga bisa menginfeksi tubuh.

Jika tidak ada mutasi pada domain pengikat reseptor, artinya AY.4.2 tidak mungkin menyebabkan peningkatan penularan atau membantu virus menghindari sistem kekebalan.

"Bahkan jika AY.4.2 benar-benar 10 persen lebih menular, itu tidak menjelaskan peningkatan kasus di Inggris baru-baru ini," kata Prof. Balloux di Twitter.

Dia menjelaskan, jika varian AY.4.2 10 persen lebih mudah menular dan memiliki frekuensi 10 persen dalam populasi, ini sama dengan hanya 1 persen lebih banyak kasus setiap 5 hari.

Dengan demikian, AY.4.2 tidak dapat mendorong peningkatan jumlah kasus baru-baru ini di Inggris.

Dengan kata lain, kemunculan AY.4.2 tidak sebanding dengan kemunculan varian Alpha atau Delta, dalam hal peningkatan penularan.

"Ini bukan situasi yang sebanding dengan kemunculan Alpha dan Delta, yang jauh lebih menular — 50 persen atau lebih — daripada strain apa pun yang beredar pada saat itu. Di sini, kita berhadapan dengan potensi peningkatan kecil dalam penularan yang tidak akan memiliki dampak yang sebanding pada pandemi,” kata Prof. Balloux dalam sebuah wawancara dengan Science Media Centre, di London.

Artinya, varian baru AY.4.2 tidak mungkin menjadi penyebab utama peningkatan kasus Covid-19.

Baca juga: Fakta Varian Delta, Mutasi Corona Penyebab 95 Persen Kasus Covid-19 Baru Indonesia

Sementara itu, Prof. Christina Pagel selaku direktur Unit Penelitian Operasional Klinis UCL menunjukkan bahwa acara-acara seperti festival, acara olahraga, atau konferensi internasional seperti G7 sangat mungkin mendorong peningkatan kasus.

Prof. Ravindra Gupta, spesialis penyakit menular dan imunologi di UCL mengatakan kepada Medical News Today bahwa salah satu penyebab utama meningkatnya angka infeksi di Inggris adalah banyaknya anak sekolah yang tidak divaksinasi.

Selain itu, dia mengatakan bahwa proporsi orang yang memakai masker di tempat umum rendah sehingga dapat meningkatkan kasus.

“AY.4.2. mungkin memiliki penularan kecil, tetapi ini adalah pengalih perhatian,” kata Prof. Gupta, yang merupakan anggota Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernapasan Baru dan Baru, yang memberi nasihat kepada pemerintah Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com