Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teluk Jakarta Tercemar Paracetamol, Peneliti Duga Sumbernya dari Sini

Kompas.com - 04/10/2021, 13:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Parasetamol sendiri adalah salah satu obat pereda nyeri yang paling populer dan mudah didapatkan di pasaran. Konsumsi parasetamol secara global bahkan mencapai ribuan ton per tahun.

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa paracetamol masih terdeteksi dalam limbah cair dan ditemukan di air laut.

Riset tentang pencemaran parasetamol di Rusia, China, dan India sudah dilakukan. Namun, AS, Jepang, dan Indonesia belum melakukannya.

Dengan kata lain, ini merupakan studi pertama yang melaporkan keberadaan parasetamol (acetaminophen) di perairan pesisir Indonesia.

Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari School of Pharmacy and Biomolecular Sciences, University of Brighton, Lewes Road, Brighton, United Kingdom Centre for Aquatic Environments, University of Brighton, Lewes Road, Brighton, United Kingdom, dan Research Center for Oceanography, dan Indonesian Institute of Sciences (LIPI/BRIN).

Mereka adalah Wulan Koagouw, Zainal Arifin, George WJ Olivier, dan Corina Ciocan.

Pada 2017, tim peneliti melakukan penyelidikan kontaminan air, termasuk obat-obatan di perairan Indonesia.

Data dikumpulkan dari lokasi yang didominasi limbah cair di Indonesia, terdiri atas empat lokasi di Teluk Jakarta (Muara Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing) dan satu di pantai Eretan, utara Jawa Tengah.

Peneliti mendeteksi konsentrasi parasetamol yang tinggi di dua lokasi di Teluk Jakarta, yakni di Angke dan Ancol.

Baca juga: Macam-Macam Gas Beracun dalam Udara Tercemar Beserta Sumbernya

"Tingkat parasetamol yang dilaporkan di Angke (610 nanogram per liter (ng/L) adalah salah satu konsentrasi tertinggi. Sementara di Ancol konsentrasi parasetamolnya 420 ng/L," ungkap Zainal.

"Di Tanjung Priok dan Cilincing kami tidak mendeteksi kandungan parasetamol. Kalaupun ada, sangat sedikit hingga tidak terdeteksi," imbuhnya.

Dalam paparannya siang ini, para peneliti menegaskan butuh sinergi dari semua pihak untuk mengatasi persoalan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com