Oleh: William Ausich
SEBAGAI ahli paleontologi – yaitu ilmuwan yang mempelajari kehidupan purba – saya selalu ditanyai pertanyaan ini. Memang, para ilmuwan di film “Jurassic Park” (dan kemudian, “Jurassic World”) menggunakan DNA untuk membuat ulang lusinan dinosaurus: Triceratops, Velociraptor dan T. rex.
Dan bila kamu melihat salah satu dari film itu, kamu pun pasti bertanya-tanya: bisakah ilmuwan melakukannya di dunia nyata?
DNA – singkatan dari deoxyribonucleic acid – adalah suatu hal yang ada di setiap sel pada organisme yang pernah hidup di Bumi – termasuk dinosaurus.
Coba bayangkan seperti ini: DNA adalah molekul yang membawa kode genetik. Ia adalah seperangkat instruksi yang membantu tubuh dan pikiran tumbuh dan berkembang.
Baca juga: Bukti Baru Kuak Letusan Gunung Berapi Bantu Dinosaurus Dominasi Bumi
DNA-mu berbeda dari orang lain. Ia menentukan banyak karakteristik yang mendefinisikan dirimu, seperti warna matamu atau apakah rambutmu lurus atau keriting.
DNA jauh lebih mudah ditemukan di “bagian lunak” hewan – organ, pembuluh darah, saraf, otot, dan lemaknya.
Tapi bagian lunak dinosaurus sudah lama hilang: membusuk atau dimakan oleh dinosaurus lain.
Fosil dinosaurus adalah satu-satunya yang tersisa.
Tenggelam selama puluhan juta tahun dalam lumpur, mineral, dan air purba, fosil-fosil itu berasal dari apa yang disebut “bagian keras” dinosaurus – tulang, gigi, dan tengkoraknya.
Kami menemukan fosil dinosaurus di tanah, di dasar sungai dan danau, dan di sisi tebing dan gunung. Sesekali terjadi, seseorang menemukannya di halaman belakang.
Seringkali, fosil-fosil ini cukup dekat dengan permukaan, dan biasanya, mereka tertanam di batuan sedimen.
Dengan fosil yang cukup, para ilmuwan dapat membuat kerangka dinosaurus – sebagaimana kamu melihatnya di museum.
Para ilmuwan memiliki masalah besar ketika mencoba menemukan DNA pada fosil dinosaurus.